Langsung ke konten utama

Antara Menyembah dan Melayani

Kebanyakan muslim di Indonesia, jika ditanyakan pertanyaan, mengapa Allah menciptakan manusia, kemungkinan besar mereka akan menjawab, bahwa Allah menciptakan manusia untuk menyembah Allah, dengan berdalil kepada Quran Surah Adz Dzariyat ayat 56 (QS 51:56). Kata menyembah tsb diterjemahkan dari kata terakhir dalam ayat tsb, yakni liya'buduun, yang memiliki akar kata (ain, ba', dan dal), yang sering diterjemahkan sebagai menyembah, atau beribadah. 

Demikian juga kalau kita membaca terjemahan ayat tsb dalam bahasa Inggris, maka sebahagian besar penerjemah menerjemahkan kata tsb sebagai "to worship" yang merupakan padanan kata dari kata "menyembah" (I did not create jinn and humankind except to worship Me).

Demikian juga dengan ayat kelima dalam surah Al Fatihah, Iyyaka na'budu wa iyyaka nas'tain, yang sering diterjemahkan sebagai menyembah atau to worship. Begitu juga dengan Al kaafirun 2 dll yang diterjemahkan sebagai menyembah atau worship.

Tetapi apakah itu satu-satunya terjemahan, dan yang lebih penting lagi, apakah terjemahan tersebut sebenarnya sudah tepat?

Kalau kita baca Alkitab sebelum Quran, khususnya Kitab Taurat, lebih khusus lagi Kitab Keluaran (Exodus), maka sebenarnya kalau diteliti, kata "menyembah/mengabdi" yang digunakan di dalam Quran, (yakni ain, ba', dal), pun juga digunakan dalam Taurat berbahasa Ibrani (yakni ayin, beth, dalet), hanya saja alih-alih meerjemahkannya sebagai menyembah, maka kata tersebut diterjemahkan sebagai "to serve", atau melayani. Kata yang mengandung akar kata ayin, beth, dan dalet ini (eved), banyak diulang dalam Kitab Keluaran 10:1 sampai dengan 13:14. 

Ini pula yang membedakan antara seorang muslim dengan seorang (rabbi) Yahudi. Jika ketika seorang muslim ditanyakan mengapa Tuhan menciptakan manusia maka si muslim akan menjawab untuk menyembah-Nya, maka ketika pertanyaan serupa ditujukan kepada seorang Yahudi, jawabannya adalah untuk melayani Tuhan (how to serve God).

Antara menyembah dengan melayani

Walaupun akar kata yang digunakan adalah sama antara Al Quran dengan Taurat, yakni ain, ba', dan dal, namun cara menerjemahkannya menurut saya membuat nuansanya sangat berbeda.

Kalau kita berbicara tentang menyembah, maka di benak kepala saya, yang muncul adalah ibadah ritual dalam arti sempit, seperti shalat dan berdzikir kepada Tuhan. Itu saja. Tapi kalau kita berbicara tentang melayani, maka pengertiannya sangat luas, bukan hanya pada ibadah ritual semata, tapi juga dalam arti pelayanan dalam bentuk lainnya yang bisa melibatkan berbagai macam jenis akitivitas.

Nah, bagaimana seorang manusia bisa melayani Tuhan? Jawabannya tentu berbeda antara satu individu dengan individu lainnya, sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing. Ada yang melayani Tuhan dengan shalat malam dan rajin berpuasa (and that's totally okay). Ada yang rajin bersedekah. Ada yang suka menanam sekian ratus pohon atau bahkan sekian ribu pohon. Ada yang memperbaiki jalanan yang bolong dengan inisiatif sendiri dan dengan biaya sendiri. Dan lain sebagainya. Singkatnya, semua yang dilakukan manusia-manusia baik tersebut adalah untuk membuat dunia yang lebih baik, atau istilahnya to make the world a better place

Dan bahkan melayani Tuhan di sini bisa meluas menjadi melayani sesama manusia. Karena di dalam Kitab Kejadian dapat disimpukan bahwa manusia adalah puncak dari ciptaan Tuhan (the pinnacle of God's creation), maka melayani Tuhan bisa diperluas menjadi melayani sesama umat manusia.

Terus terang, menurut saya, pengetian melayani Tuhan (atau to serve God) dalam agama Yudaisme yang lebih luas ini lebih baik dibandingkan dengan frase menyembah Tuhan (atau to worship God), yang kesannya memiliki arti yang lebih sempit. Dan ternyata tidak semua penerjemah bahasa Inggris menerjemahkan surat 51:56 tsb sebagai "to worship God", melainkan setidaknya ada dua penerjemah, yakni Abdullah Yusuf Ali dan Al Maududi, yang menerjemahkan ayat tsb sebagai to serve (I have only created Jinns and men, that they may serve Me)

Just my 2 cents.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gospel for the Gentiles

Dalam posting sebelumnya saya menyimpulkan bahwa Kitab Injil atau the Gospel sedianya ditujukan hanya untuk bangsa Yahudi saja. Bahkan, Injil yang asli kemungkinan ditulis dalam bahasa Ibrani, atau kalau menurut istilah Jerome disebut sebagai matthaei authenticum . Namun, karena sebagian besar bangsa Yahudi pada era Nabi Yesus menolak Yesus, maka kemudian kitab injil dialihkan kepada bangsa lain (bangsa gentiles ), dan kemudian Injil ditulis dalam bahasa gentiles , yakni bahasa Koine Greek. Lalu, karena Kitab Injil sudah diwariskan kepada bangsa gentiles, apakah berarti seluruh isi dari Kitab Injil itu harus juga dilaksanakan oleh pengikut Injil non-Yahudi alias pengikut Injil yang berasal dari bangsa gentiles ? Menurut saya tidak. Sebagian isi dari Kitab Injil tidak applicable bagi bangsa gentiles , contohnya seperti "You are the light of the World", tidak tepat kalau kata-kata ini ditujukan kepada bangsa gentiles. Atau contoh lainnya, "Jika kamu hanya memberi salam

Taurat, Injil, dan Al Furqan

Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum (Al Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa). (QS 3:3-4) Di dalam ayat QS 3:3-4 ini Tuhan menyebutkan empat Kitab Suci sekaligus, yaitu Kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad (Al Quran), Taurat, Injil, dan Al Furqan . Kita sudah tahu bahwa Kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah Al Quran. Tetapi apakah yang dimaksud dengan Taurat, Injil, dan Al Furqan ? Taurat dan Injil Pada umumnya, orang mengenal Kitab Taurat sebagai lima kitab pertama dari Perjanjian Lama (Pentateuch) , yaitu Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan ( Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, and Deuteronomy ) Sedangkan untuk Kitab Injil, o

Menjadi Ummatan Wasathan: Umat Pertengahan atawa Moderat

Setelah belasan tahun saya membaca dan mempelajari Kitab Injil dengan berbagai variasinya mulai dari Injil Perjanjian Baru, Injil Thomas, Injil Q, Injil Ibrani atau Hebrew Matthew , dan yang terakhir Injil Marcion, saya mendapatkan kesimpulan bahwa Kitab Injil tidak ditujukan untuk saya, dan barangkali juga tidak diperuntukkan untuk bangsa non-Israel atau bangsa gentiles seperti kita pada umumnya. Terdapat beberapa clue bahwa kitab Injil tidak ditujukan untuk bangsa gentiles , namun ia diperuntukkan untuk bangsa Yahudi atau bangsa Israel. Beberapa petunjuk bahwa Injil itu sebenarnya ditujukan untuk bani Israel adalah sebagai berikut: 1. Di dalam Al Quran, Nabi Isa menyatakan bahwa beliau diutus untuk bani Israel. (ref QS 61:6, dan 43:59). Hal senada juga terdapat dalam Injil Matius. (ref: Mat 15:24). 2. Yesus melarang murid-muridnya untuk berdakwah kepada bangsa gentiles (Mat 10:5) 3. Dalam Injil Matius, Yesus mengatakan kepada para pendengarnya (yang dapat diasumsikan adalah orang-