Langsung ke konten utama

Postingan

Mencari Pecahan Koin Perak yang Pas

Sebagaimana diketahui bahwa satuan dari koin perak ( silver coins ) pada umumnya adalah menggunakan satuan troy ounce (oz), dimana 1 oz itu sekitar 31,1 gram. Nilai dari sekeping koin perak seberat 1 oz  dengan menggunakan harga saat ini kurang lebih USD 20~an atau kalau dirupiahkan sekitar tiga ratus ribuan rupiah (belum termasuk ongkos kirim ke Indonesia). Menurut saya, uang senilai Rp 300.000an,- masih terlalu besar untuk digunakan sehari-hari di Indonesia. Untuk membeli makanan di Indonesia, misalnya, biasanya kita cukup merogoh kocek sebesar Rp 100.000,- dan itu sudah cukup untuk membeli makanan untuk satu keluarga yang terdiri dari 3 orang. Di sini, kita masih bisa membeli seporsi nasi beserta lauk dengan harga sekitar 20.000 hingga 30.000 rupiah. Bahkan, untuk makanan tertentu seperti lontong sayur, kita masih bisa membelinya dengan harga sepuluh ribu rupiah. Kalau di luar negeri seperti di Australia, misalnya, keadaannya agak berbeda. Di Australia, harga barang terutama m...

Top 10 Koin Perak Terfavorit

Setelah beberapa minggu saya memiliki koin perak dari berbagai negara, saya menyusun Top 10 list koin perak terfavorit menurut saya. Urutan di sini bersifat subyektif dan ada kemungkinan bahwa urutan ini bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu. 10. Austrian Philharmonic Philharmonic memberikan detail yang kaya pada kedua sisi koinnya. Pada sisi Obverse, kita bisa melihat gambar Gedung yang kalau kita amati lebih lanjut dengan menggunakan sebuah loupe, kita bisa melihat berbagai patung dan ukiran pada gedung tersebut. Pada sisi Reverse kita bisa melihat aneka alat musik instrumentalia dan detailnya yang mengagumkan. Ada yang mengatakan bahwa detail yang kaya dari Austrian Philharmonic ini membuatnya sulit untuk ditiru. Namun, berhubung dari seluruh koin perak Philharmonic yang saya miliki tidak ada satupun yang kinclong, membuat saya hanya menempatkan koin ini di posisi ke sepuluh. 9. Am erican Silver Eagle Tak diragukan lagi bahwa desain dari American Silver Eagle ini s...

My First Silver Coins - Koin Perak Pertamaku

Sudah beberapa tahun   sejak saya pertama kali membaca artikel mengenai gerakan sebagian umat Islam yang ingin kembali menggunakan uang dinar (emas) dan dirham (perak) dalam bermuamalah. Intinya, sebagian umat Islam merasakan pentingnya untuk kembali menggunakan mata uang emas (dinar) dan perak (dirham) dalam bertransaksi sehari-hari. Salah satu kelebihan mata uang emas adalah, ia stabil, tidak mengenal depresiasi, dan tidak terpengaruh oleh inflasi (atau deflasi) sebagaimana halnya uang kertas. Misalnya, jika kita menggunakan uang kertas, dua puluh tahun yang lalu dengan uang seribu rupiah kita sudah bisa makan di warung tegal, namun sekarang minimal kita harus menyiapkan uang senilai sepuluh ribu hingga dua puluh ribu rupiah untuk bisa makan di warteg. Hal ini tidak berlaku dengan uang emas yang nilainya selalu stabil dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dibuktikan dalam sebuah kisah yang diriwayatkan dalam kitab hadits. Alkisah, Nabi memberikan satu dinar kepada Urwa untuk me...

Mengimani Kitab Sebelum Al Quran

Di dalam Al Quran, terdapat satu ayat khusus yang mewajibkan orang-orang beriman untuk beriman kepada Kitab sebelum Al Quran. Ayat tersebut adalah sebagai berikut: "Hai orang-orang beriman, tetapah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya (yaitu Al Quran) dan Kitab yang Allah turunkan sebelumnya . Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan Hari Kemudian, maka sesungguhnya ia telah sesat sejauh-jauhnya." (QS 4:136) Pada umumnya sebagian muslim tidak terlalu memperhatikan ayat ini. Maintsream muslim menganggap bahwa Kitab (atau kitab-kitab) sebelum Al Quran saat ini sudah tidak ada lagi karena baik kitab suci umat Kristiani (yaitu Alkitab/Bible) maupun kitab suci umat Yahudi (yaitu Tanakh/Alkitab Perjanjian Lama) yang beredar saat ini sudah tidak asli lagi, sehingga ia tidak perlu diimani. Mainstream muslim percaya bahwa kitab sebelum Al Quran yang wajib diimani orang-ora...

Merekonsiliasi Al Quran dengan Alkitab: Kisah Burung Puyuh

Salah satu kisah di dalam Alkitab dan Al Quran yang menurut saya paling sulit dijelaskan adalah kisah mengenai diturunkannya burung puyuh ( salwa ) kepada bangsa Israel. Apakah sebenarnya manna dan burung puyuh diturunkan oleh Tuhan untuk bani Israel pada saat yang sama sebagaimana diindikasikan di dalam QS 2:57 dan 7:160, dan juga Kitab Keluaran 16: 8, 12-13 dan Mazmur 105:40? Kalau iya, ini sulit menjelaskan keluhan dari bani Israel yang mengatakan bahwa mereka tidak tahan dengan satu jenis makanan saja (QS 2:61). Bahkan di dalam Kitab Bilangan 11 dinyatakan secara lebih spesifik bahwa pada saat itu bangsa Israel tidak mendapatkan sesuatu apapun selain manna (Bil. 11:6). Kitab Bilangan 11: 4-30 secara gamblang menjelaskan bahwa pada saat itu hanya manna saja yang sudah diturunkan, sementara burung puyuh belum diturunkan. Demikian juga dengan yang dinyatakan dalam Bilangan 21:5 yang menyatakan bahwa mereka telah muak dengan makanan yang ada pada mereka. Hal ini mengindikasikan bahw...

Doublet di dalam Alkitab dan teori JEPD

Apakah doublet itu? Yang dimaksudkan dengan doublet di sini adalah suatu kisah di dalam Alkitab yang diceritakan dua kali (atau lebih) di dalam tempat yang berbeda. Contoh dari doublet adalah kisah mengenai Abraham yang berbohong kepada penguasa setempat ketika mengatakan bahwa Sarah adalah adiknya (Kejadian 12:10-20 vs Kejadian 20), kisah Yakub yang dua kali memberikan nama Bethel untuk kota Lus (Kejadian 28:19 vs Kejadian 35:6-7), kisah mata air yang keluar dari gunung batu di Masa (Keluaran 17:1-7 vs Bilangan 20:2-13), dan kisah burung puyuh (Keluaran 16: 8, 12-13 vs Bilangan 11:4-33). Umat kristiani (dan Yahudi) tradisional pada umumnya beranggapan bahwa doublet tersebut memang terjadi dua kali. Misalnya Abraham memang dua kali berbohong, kepada dua penguasa yang berbeda yaitu kepada Firaun di Mesir dan kepada Abimelekh di Gerar. Dan kisah mata air yang keluar dari gunung batu pun juga terjadi dua kali. Namun, menurut saya yang paling sulit dikompromikan adalah kisah burung pu...

Bukan Kitab Sejarah

Al Quran bukan kitab sejarah. Setidaknya, Al Quran bukanlah buku sejarah sebagaimana standar sejarah yang kita kenal saat ini. Kalau sesuai standar buku sejarah masa kini, di dalam menceritakan suatu kisah atau kejadian, maka sejarah haruslah menjelaskan siapa nama tokohnya atau pelakunya, kapan terjadinya, di mana tempat kejadiannya, serta kejadian tersebut haruslah diceritakan sesuai urutan kronologi peristiwanya. Dalam hal ini Al Quran tidak memenuhi semua kriteria di atas. Di dalam menceritakan suatu kisah Al Quran terkadang memang menyebutkan nama tokoh utama dalam kisah tersebut, namun lebih sering Al Quran tidak menyebutkan nama karakter dalam kisah-kisahnya. Demikian juga dengan lokasi dan waktu kejadian, Al Quran tidak pernah menyebutkan waktu dan lokasi suatu kejadian. Mengenai kronologi kejadian di dalam suatu kisah, terkadang Al Quran menceritakan sesuatu di dalam sebuah ayatnya sesuai kronologi kejadian. Namun, di lain saat, Al Quran tidak menceritakan sesuatu sesuai ur...