Setiap hari, seluruh muslim di dunia berdoa di dalam solatnya agar diberikan petunjuk ke Jalan Yang Lurus. Ihdinas shirathal mustaqim.
Pertanyaan: Bukankah kita sudah menemukan Islam? Bukankah kita sudah memiliki Quran? Apakah kita belum sampai ke Jalan Yang Lurus?
Jawaban saya: Kita memang mengakui Kalimat Tauhid, bahwasanya tidak ada tuhan selain Allah. Dan kita memang sudah memiliki Quran yang kita baca setiap hari. Namun demikian, konsep mengenai Jalan Yang Lurus itu masih vague. Kita membaca teks Al Quran dalam bahasa Arab beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia, namun boleh jadi kita belum memahami maksud dari ayat-ayat tertentu.
Sebelum kita memahami Jalan Yang Lurus, terlebih dulu kita coba pahami apa yang BUKAN Jalan Yang Lurus. Yang bukan Jalan Yang Lurus ada dua, yaitu
1. Orang-orang yang dimurkai Allah, dan
2. Orang-orang yang sesat.
Sejarah membuktikan bahwa umat Nabi-Nabi sebelum Muhammad biasanya jatuh ke dalam salah satu dari dua golongan di atas. Mayoritas ahli tafsir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan orang yang dimurkai Allah adalah orang Yahudi, sementara orang yang sesat adalah orang Kristen. Dan Nabi Muhammad sendiri telah memprediksi bahwa umat Islam akan mengulangi kesalahan dari umat-umat sebelumnya, yaitu Yahudi dan Kristen; bahkan jika seandainya mereka (Yahudi dan Kristen) masuk ke dalam lubang biawak pun maka umat Islam akan mengikutinya juga. Naudzubillah min dzalik.
Dalam postingan saya sebelumnya pada blog lain, saya telah mengemukakan beberapa kesalahan pola pikir Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) yang juga telah dilakukan oleh umat Islam, antara lain:
1. Menganggap bahwa surga hanya untuk golongannya sendiri saja, bukan untuk umat agama lain (QS 2:111)
2. Menganggap bahwa umat agama lain tidak punya pegangan (Kitab Suci) walaupun jika seandainya umat lain tsb membaca Kitab Suci yang sama dengan Kitab Suci yang mereka baca. (QS 2:113)
3. Mereka "menyembah" ulama dengan cara bertaklid buta kepada pendapat ulama mereka.
Nah, sekarang pada postingan ini saya mencoba menggali lebih dalam kesalahan orang Yahudi dan juga orang Kristen, yang bisa jadi dilakukan juga oleh umat Islam.
Pertama, kita bahas tentang kesalahan orang Yahudi dulu. Dalam berbagai ayat dinyatakan bahwa Allah murka kepada orang Yahudi karena orang Yahudi kafir kepada ayat-ayat Allah dan juga karena mereka "membunuh" Nabi-nabi. (Contoh ayat QS 2:61)
Kita bahas terlebih dahulu mengenai dalam hal bagaimana orang Yahudi kafir kepada ayat-ayat Allah. Orang Yahudi tentunya beriman kepada Kitab Taurat (atau Tanakh, yaitu Taurat, Neviim, dan Ketubim). Akan tetapi orang Yahudi ingkar kepada Injil dan Al Quran. Dalam QS 2:91 dinyatakan bahwa ketika orang Yahudi diminta untuk beriman kepada apa yang Allah turunkan (Quran [dan juga Injil], ) mereka menyatakan bahwa mereka (hanya) beriman kepada apa yang diturunkan kepada mereka (yaitu Taurat, atau Tanakh) dan mereka ingkar kepada kitab-kitab selain Tanakh.
Dan ternyata sikap seperti ini juga telah dilakukan sebagian besar umat Islam. Mayoritas umat Islam hanya percaya kepada Al Quran semata, dan mengabaikan atau boleh jadi malah ingkar kepada kitab-kitab sebelum Quran seperti Taurat, Injil, Nevi'im, dan Mazmur. Padahal, Allah jelas-jelas telah memerintahkan orang-orang beriman untuk beriman kepada kitab sebelum Quran (QS 4:136).
Lalu memangnya apa masalahnya jika umat Islam hanya beriman kepada Quran dan mengabaikan kitab suci sebelumnya? Bukankah hal-hal pokok yang ada di dalam kitab sebelum Quran sudah tercakup di dalam Al Quran? Mungkin tidak demikian.
Salah satu contoh ayat yang ada di dalam kitab sebelum Quran (dalam hal ini adalah Injil) misalnya: Janganlah kamu menghakimi, maka kamu tidak akan dihakimi. Ayat ini terdapat dalam Injil Matius dan Injil Lukas, serta di-paraphrase oleh Yakobus dalam suratnya. Bahkan di dalam Injil Barnabas dikatakan bahwa salah menghakimi atau false judgment adalah bapak dari segala dosa.
Namun sepertinya mayoritas umat Islam tidak aware dengan ayat "Don't judge, and you shall not be judged" ini. Terbukti bahwa banyak orang Islan yang sangat gemar menghakimi orang yang beragama lain, bahkan menghakimi sesama orang Islam sendiri. Sering kali saya dengar beberapa orang Islam dengan entengnya mengatakan "wah, halal darahnya tuh orang" ketika mereka memberikan komen kepada orang-orang tertentu. Jika seandainya umat Islam mengimani kitab sebelum Quran termasuk ayat "Janganlah kamu menghakimi" ini, maka semestinya tidak ada orang Islam yang dengan beraninya menjadi hakim bagi sesamanya.
Lalu selanjutnya mengenai orang Yahudi dikatakan bahwa mereka "membunuh" nabi-nabi. Kenapa saya memberikan tanda kutip pada kata "membunuh"? Karena saya kesulitan menemukan fakta mengenai hal ini. Jika dikatakan bahwa orang Yahudi membunuh Yesus, bukankah Quran telah menyatakan bahwa mereka tidak membunuh Yesus melainkan mereka membunuh orang yang diserupakan dengan Yesus. Jika dikatakan bahwa orang Yahudi membunuh Nabi Yahya alias Yohanes Pembaptis, maka hal ini juga tidak cocok dengan fakta karena Injil menyatakan bahwa Yohanes Pembaptis dibunuh oleh Herodes, bukan oleh orang-orang Yahudi. Begitu juga dengan Nabi Zakaria ayah dari Nabi Yahya, tidak ada keterangan dalam Injil yang menyatakan bahwa Nabi Zakaria ayah Yohanes Pembaptis dibunuh oleh orang-orang Yahudi.
Menurut salah satu bacaan dari Al Hasan, konon katanya ada bacaan yang membaca QS 2:61 tsb bahwa mereka (orang Yahudi) memerangi nabi-nabi instead of membunuh nabi-nabi. Dan menurut saya bacaan "memerangi" ini memang lebih masuk akal ketimbang "membunuh" karena faktanya memang membuktikan bahwa orang-orang Yahudi pada masanya masing-masing "memerangi" Nabi Yahya (Yohanes Pembaptis), Nabi Isa (Yesus), dan juga Nabi Muhammad.
Dengan demikian, sikap orang Yahudi yang "memerangi" nabi-nabi bisa saja dilakukan oleh orang-orang Islam jika orang-orang Islam tsb memerangi ajaran nabi-nabi sebelum Islam. Atau jika orang Islam memerangi orang-orang yang menyuruh untuk berbuat adil (QS 3:21).
Kemudian yang kedua adalah mengenai orang Kristen. Tanpa perlu berpikir panjang, kita tahu bahwa kesalahan utama orang Kristen adalah karena mereka menyembah Yesus sebagai Tuhan atau God. Namun sepertinya sikap umat Kristen yang berlebih-lebihan dalam memuliakan Yesus juga telah diikuti oleh sebagian umat Islam yang terlalu berlebihan dalam memuliakan Nabi Muhammad. Contohnya misalnya seperti beberapa shalawat kepada Nabi yang menjurus kepada syirik. Atau seperti memampang nama Muhammad sejajar dengan nama Allah dalam berbagai masjid. Atau terlalu berlebihan dalam mengharap syafaat Muhammad. Atau shalat kepada Nabi Muhammad ketika membaca Assalamu'alaika dst". Atau simply menyatakan dua kalimat syahadat. (FYI: dalam berbagai kitab suci sebelum Islam, saya belum pernah menemukan adanya dua kalimat syahadat seperti Tidak ada tuhan selain Allah, Musa Rasulullah, atau Yesaya Rasulullah, atau Yahya Rasulullah, atau Isa Rasulullah dlsb. Yang ada adalah (satu) Kalimat Syahadat. Lagi pula, bagaimana mungkin kita yang tidak pernah bertemu muka dengan Nabi Muhammad (dan yang kita ketahui mengenai Muhammad hanya berdasarkan katanya, katanya) disuruh memberikan kesaksian tentang Muhammad, sementara riwayat tentang Muhammad baru dibukukan sekitar 200 tahun setelah Muhammad wafat. Kalau yang memberikan kesaksian tentang kenabian Muhammad adalah orang yang hidup sejaman dengan beliau maka itu memang sudah sewajarnya, namun jika yang memberikan kesaksian adalah orang-orang yang hidup 14 abad setelah Muhammad wafat, maka kesaksian tsb tentu tidak bisa dipercaya.
Dengan demikian, maka sudah sepantasnya jika seorang muslim seyogyanya senantiasa memohon petunjuk ke jalan yang lurus kepada Allah SWT, karena memang sangat mungkin orang Islam itu mengulangi kesalahan umat terdahulu tanpa ia sadari karena keterbatasan ilmunya, atau karena kebodohannya.
Komentar
Posting Komentar