Langsung ke konten utama

Menelusuri Jejak Injil yang Asli

Injil berasal dari bahasa Yunani ευαγγελιον (euangelion) yang berarti "good news" atau "kabar baik".
Di dalam Alkitab modern yang beredar saat ini, terdapat empat buah Injil Perjanjian Baru yang masing-masing biasa disebut dengan Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes.
Para ahli (scholars) berpendapat bahwa dari ke-empat Injil PB tersebut, Injil Markus adalah Injil PB yang pertama kali ditulis, yaitu sekitar tahun 70M, walaupun dalam penempatannya di dalam kanon Perjanjian Baru, Injil Markus menempati urutan kedua setelah Injil Matius. Injil Matius diperkirakan ditulis sekitar tahun 80M, Injil Lukas sekitar 90M, sedangkan Injl Yohanes adalah yang paling baru dan diperkirakan ditulis sekitar tahun 100M.

Semua naskah Injil tertua yang dapat ditemukan menggunakan tulisan dan bahasa Yunani (Koine Greek). Hal ini menarik, karena sebagaimana disepakati oleh para ahli, Yesus sendiri dalam kehidupan sehari-hari, berbicara dengan menggunakan bahasa Aramaic, atau paling tidak beliau menggunakan bahasa Ibrani (Hebrew).
Pertanyaannya, apakah Injil Perjanjian Baru tersebut dapat dikatakan sebagai Injil yang Asli? Adakah kemungkinan bahwa Injil yang asli sebenarnya sudah hilang, sementara Injil Perjanjian Baru yang ada saat ini hanyalah salinan dari salinan dari terjemahan dari kata-kata Nabi Yesus yang asli?

Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, kita harus mengkaji makna dari "Injil" yang sesungguhnya. Sebagaimana telah disinggung di atas, "Injil" berarti "kabar baik". Tetapi kepada siapakah sebenarnya Yesus menyampaikan "kabar baik" tersebut dan kapan Yesus menyampaikan "kabar baik" tersebut?

Pertama kali kita harus kembali kepada nubuat yang ada mengenai Nabi Yesus. Dari sekian banyak nubuat yang ada, Yesus menyebutkan satu nubuat menyangkut dirinya yang kemudian digenapi olehnya. Nubuat tesebut ada tertulis di dalam Injil Lukas Pasal 4:17-21 sbb:
"Roh Tuhan ada padaku, oleh sebab Ia telah mengurapi aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan peglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luke 4:18-19)

Ternyata Yesus benar-benar telah menyampaikan "kabar baik" tersebut kepada orang-orang miskin. Khotbah Yesus yang sangat terkenal, Khotbah di Bukit (versi Injil Matius), dan juga Khotbah di tempat yang datar (versi Injil Lukas), keduanya diawali dengan kabar gembira bagi orang-orang miskin:
"Berbahagialah orang-orang miskin karena kamulah empunya Kerajaan Sorga" (Mat 5:3, Luk 6:20)

Kabar baik kepada orang-orang miskin ini hanya dimuat di dalam Injil Matius dan Injil Lukas saja, tetapi ia tidak tercantum di dalam Injil Markus maupun Injil Yohanes.
Para pakar sepakat bahwa sebenarnya penulis Injil Matius maupun Lukas, ketika menyusun Injil, mereka menggunakan Injil Markus dan Injil yang disebut Q (kependakan dari Quelle yang berarti 'sumber') serta sumber-sumber lain.
Adapun keberadaan Injil Q itu sendiri baru sebatas dugaan saja (hipotesis), sebab sampai saat ini belum pernah ditemukan dokumen yang bisa dianggap sebagai Injil Q. Dan sebagaimana Injil Perjanjian Baru, Injil Q ini ditengarai juga ditulis dalam bahasa Yunani (Koine Greek). Jadi, tampaknya kalau pun Injil Q itu benar-benar ada, kemungkinan itu pun bukan Injil yang asli, tetapi ia ahanya merupakan terjemahan dari Injil yang asli yang mestinya menggunakan bahasa Hebrew atau Aramaic, sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh Yesus sehari-hari.

Di atas sudah disinggung, bahwa isi dari Injil yang asli, kurang lebih sama dengan Injil Matius dan atau Injil Lukas. Dan ternyata, bapa-bapa Gereja terdahulu (Church Fathers) mengenal adanya satu Injil yang disebut sebagai "Gospel according to the Hebrews", yang oleh Jerome disebut juga sebagai the true Gospel of Matthew atau "Matthaei Authenticum".
Sebelumnya, Papias -seorang pemimpin gereja abad ke-2 yang terkemuka- mengatakan, Matius menyusun sabda [dari Yesus] dalam bahasa Hebrew, dan setiap orang menginterpretasikan sabda tersebut sedapat yang bisa dia lakukan.
Origen menjelaskan bahwa "[Injil] yang pertama ditulis oleh Matius seorang pemungut pajak, tetapi kemudian menjadi salah satu rasul dari Yesus Kristus. Matius mempublikasikan tulisannya dalam tulisan Hebrew."
Diketahui juga bahwa jemaat Kristen perdana seperti umat Nazarene dan Ebionite hanya menggunakan Injil Matius sebagai Injil mereka.

Jerome juga menuliskan bahwa Gospel according to the Hebrew kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan Latin, dan sering dijadikan rujukan oleh Origen. Nah, boleh jadi terjemahan dalam bahasa Yunani tersebut adalah Injil Q.
Jadi kemungkinannya seperti ini: Injil yang asli adalah Injil yang ditulis dalam bahasa Ibrani, kemudian ia diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi Injil Q, dan terakhir oleh penulis atau pengedit Injil Matius yang sekarang ia dijadikan sumber utama dalam menyusun Injil Matius yang ada di Perjanjian Baru saat ini. Namun demikian, sedikit banyak jejak-jejak Injil yang asli masih bisa terlihat di dalam Injil Matius yang ada di dalam Perjanjian Baru yang sekarang, wa Allahu a'lam



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gospel for the Gentiles

Dalam posting sebelumnya saya menyimpulkan bahwa Kitab Injil atau the Gospel sedianya ditujukan hanya untuk bangsa Yahudi saja. Bahkan, Injil yang asli kemungkinan ditulis dalam bahasa Ibrani, atau kalau menurut istilah Jerome disebut sebagai matthaei authenticum . Namun, karena sebagian besar bangsa Yahudi pada era Nabi Yesus menolak Yesus, maka kemudian kitab injil dialihkan kepada bangsa lain (bangsa gentiles ), dan kemudian Injil ditulis dalam bahasa gentiles , yakni bahasa Koine Greek. Lalu, karena Kitab Injil sudah diwariskan kepada bangsa gentiles, apakah berarti seluruh isi dari Kitab Injil itu harus juga dilaksanakan oleh pengikut Injil non-Yahudi alias pengikut Injil yang berasal dari bangsa gentiles ? Menurut saya tidak. Sebagian isi dari Kitab Injil tidak applicable bagi bangsa gentiles , contohnya seperti "You are the light of the World", tidak tepat kalau kata-kata ini ditujukan kepada bangsa gentiles. Atau contoh lainnya, "Jika kamu hanya memberi salam

Mengantisipasi Perubahan Zaman

Saya percaya bahwa suatu saat nanti Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan muncul ke bumi. Bahkan, saya pribadi percaya,  imho , bahwa Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan datang pada abad ini, yakni abad ke-21 Masehi (sebelum tahun 2099 M) dan abad ke-15 Hijriah (sebelum tahun 1499 H). (Btw, tulisan ini saya buat pada tanggal 29 Juni 2023 atau 10/11 Zulhijjah 1444 H). Dalilnya antara lain dari buku  Umur Umat Islam  yang pernah beredar sekitar 20 tahun yang lalu, yang kurang lebih memperkirakan bahwa umur umat Islam itu hanya satu setengah hari saja atau sekitar 1500 tahun. Wa Allahu a'lam. Namun, di sisi lain saya juga percaya bahwa sebelum Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, maka zaman akan berubah. Artinya, zaman ketika sang Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, yang menurut perkiraan saya tidak akan lebih dari 50 tahun lagi dari sekarang, keadaannya akan sangat berbeda dengan zaman saat ini (2023). Saya menduga bahwa ketika Imam Mahdi dan/atau sang Mesias datang maka pada

Pascal's Wager atau Pertaruhan Pascal

Pada abad ke-17 Masehi, Blaise Pascal merumuskan teorinya yang kelak di kemudian hari dikenal dengan nama Pascal's Wager atau Taruhan Pascal. Intinya kurang lebih semua orang harus bertaruh, apakah Tuhan itu ada atau Tuhan itu tidak ada (atheist). Menurut Pascal, akan jauh lebih aman bagi manusia jika kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada. Karena kalau kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada dan ternyata Tuhan itu benar-benar ada, maka kita akan selamat. Sebaliknya bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada namun ternyata Tuhan itu ada, maka celakalah si petaruh ini. Demikian juga jika skenarionya dibalik. Misalkan kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada namun ternyata Tuhan itu tidak ada, maka kita tidak rugi-rugi amat. Paling-paling kerugian kita hanyalah bahwa kita kehilangan kesempatan untuk hidup bermewah-mewah di dunia ini atau hedonisme. Begitu juga bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada dan ternyata Tuhan itu memang tidak ada, maka tidak ada keuntungan berarti bagi para