Langsung ke konten utama

Mengantisipasi Perubahan Zaman

Saya percaya bahwa suatu saat nanti Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan muncul ke bumi. Bahkan, saya pribadi percaya, imho, bahwa Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan datang pada abad ini, yakni abad ke-21 Masehi (sebelum tahun 2099 M) dan abad ke-15 Hijriah (sebelum tahun 1499 H). (Btw, tulisan ini saya buat pada tanggal 29 Juni 2023 atau 10/11 Zulhijjah 1444 H). Dalilnya antara lain dari buku Umur Umat Islam yang pernah beredar sekitar 20 tahun yang lalu, yang kurang lebih memperkirakan bahwa umur umat Islam itu hanya satu setengah hari saja atau sekitar 1500 tahun. Wa Allahu a'lam.

Namun, di sisi lain saya juga percaya bahwa sebelum Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, maka zaman akan berubah. Artinya, zaman ketika sang Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, yang menurut perkiraan saya tidak akan lebih dari 50 tahun lagi dari sekarang, keadaannya akan sangat berbeda dengan zaman saat ini (2023). Saya menduga bahwa ketika Imam Mahdi dan/atau sang Mesias datang maka pada zaman itu umat manusia akan mengalami kemunduran peradaban/ekonomi, dan kehidupan manusia akan kembali seperti sekitar 300 tahun yang lalu, atau mungkin tepatnya pada masa sekitar tahun 1723~1779. Dugaan saya terinspirasi dari kisah para pemuda Al Kahfi yang tertidur selama 300 tahun. Surat Al Kahfi adalah surah yang disunnahkan untuk dibaca pada setiap hari Jumat, dan surah ini konon katanya cukup ampuh untuk melindungi diri dari dajjal yang akan muncul di akhir zaman nanti. Pentingnya surah Al Kahfi ini, khususnya di dalam menyongsong akhir zaman, membuat saya merasa perlu untuk berpedoman pada surah ini ketika saya berimajinasi atau membayangkan apa yang akan terjadi pada akhir zaman kelak.

Dalam surah Al Kahfi disebutkan bahwa dalam pelarian/persembunyian para pemuda Al Kahfi tersebut, mereka membawa koin perak yang kemudian akan digunakan untuk berbelanja atau membeli makanan yang kiranya cukup untuk sekitar 5~7 orang. Namun, bagian yang tidak diceritakan dalam Quran adalah bahwa ketika pemuda Al Kahfi tsb pergi ke kota atau ke pasar untuk membeli makanan, barulah ketahuan bahwa koin perak yang dibawa oleh para pemuda Al Kahfi ternyata sangat berbeda dengan mata uang yang digunakan pada zaman ketika para pemuda Al Kahfi terbangun (300 tahun kemudian). Bisa jadi, menurut perkiraan saya, bahwa koin perak yang dibawa oleh para pemuda Al Kahfi adalah koin perak Tetradrachm atau yang berarti 4 drachma/ 4 dirham, sedangkan mata uang yang berlaku pada masa terbangunnya para pemuda Al Kahfi adalah koin perak denarius. Atau mungkin juga koin emas aureus. Wa Allahu a'lam. 

Namun, pada intinya adalah bahwa saya percaya bahwa kelak kisah yang mirip seperti yang dialami para pemuda Al Kahfi akan terjadi lagi di masa kita atau di masa depan, namun yang terjadi adalah kebalikannya. Maksud saya, jika para pemuda Al Kahfi tertidur selama 300 tahun dan mereka terbangun tiga abad kemudian, atau mereka maju selama 300 tahun, maka saya menduga bahwa umat manusia nanti justru akan mengalami kemunduran selama 300 tahun, atau kelak akan kembali seperti tahun 1700-an, atau mungkin lebih tepatnya antara tahun 1723~1790. 

Nah, lalu saya menduga-duga, apa yang membedakan antara abad ke-18 (1701-1799) dengan abad ke-19 (1801 dst). Tadinya, saya menduga bahwa peristiwa penting yang terjadi pada abad ke-18 adalah lahirnya koin perak terkenal di dunia, yaitu Spanish Pillar Dollar atau Piece of Eight yang dicetak pertama kalinya pada tahun 1732 dan juga koin perak Maria Theresa Thaler yang dicetak pertama kali pada tahun 1740. Kedua koin perak ini kemudian digunakan oleh manusia untuk berdagang selama sampai berabad lamanya.

Namun kemudian saya menyadari bahwa koin perak Spanish Dollar dan Maria Theresa Thaler walaupun dicetak pertama kali pada abad ke-18, namun keduanya tetap digunakan sampai abad ke-19, bahkan sampai abad ke-20. (Koin Morgan dan Peace Dollar Amerika terinspirasi dari Spanish Milled Dollar, demikian juga koin perak Peso dari Mexico merupakan anak kandung dari koin perak Pillar Dollar). Oleh karena itu kemudian saya menduga-duga apa yang membedakan antara abad ke-18 (1700-an) dengan abad ke-19 (1800-an). Saya mendapatkan bahwa selama berabad-abad sebenarnya bangsa Eropa sudah menggunakan koin emas (gold coins) sebagai alat pembayaran dalam perdagangan (trade coinage). Koin emas yang lazim digunakan ketika itu adalah koin emas ducat dari Austria dan juga koin emas Zecchino dari Venice. Berat kedua koin tsb hampir sama persis, yakni sekitar 3,5 gram. Pada saat yang hampir bersamaan, Spanyol juga mengeluarkan koin emas escudo yang memiliki berat sedikit dibawahnya, atau sekitar 3,38 gram.

Nah, berdasarkan penelusuran saya, yang membedakan antara abad ke-17 dan abad ke-18 (1601 s.d. 1799) dengan abad setelahnya (1801 dst) adalah bahwa jika sampai dengan abad ke-18 maka koin emas ducat dari Austria dan juga koin emas Zecchino dari Venice masih dicetak dalam bentuk pecahan (fractional), seperti misalnya 1/8 ducat (dengan berat sekitar 0.44 gram) dan 1/4 ducat (dengan berat sekitar 0.88 gram) atau 1/4 Zecchino (dengan berat sekitar 0.87 gram), maka pada abad ke-19 dst koin emas ducat sudah tidak lagi dicetak dalam bentuk pecahan. Pada abad ke-19 yang ada hanyalah koin ducat dengan berat sekitar 3,5 gram, namun pecahannya sudah tidak dicetak lagi. Mungkin karena pada saat itu pecahan koin emas sudah digantikan seluruhnya oleh koin perak seperti koin perak Thaler atau koin perak Real atau Peso, sehingga pemerintah tidak lagi merasa perlu untuk mencetak koin emas dalam bentuk pecahan, yang memang akan sangat merepotkan karena dimensinya yang terlalu kecil sehingga menyebabkan koin fractional emas tersebut rentan untuk hilang atau ketlingsut

Nah, saya menduga bahwa di masa depan kelak, kita akan kembali mengandalkan emas dalam bentuk pecahan untuk transaksi jual-beli sehari-hari. Mungkin sekali karena pada masa tersebut orang-orang belum percaya dan belum terbiasa kepada perak, namun orang-orang hanya percaya kepada emas. Contohnya, pada saat ini sangat mudah bagi saya untuk menggadaikan emas batangan yang saya miliki di pegadaian atau di BSI, namun sangat sulit bagi saya untuk bisa menggadaikan koin perak yang saya miliki. Nah, mungkin ketika ekonomi kolaps di masa depan, ada saatnya manusia pada saat itu ketika manusia sudah tidak percaya lagi kepada fiat money atau uang kertas, manusia hanya percaya kepada emas, namun belum sepenuhnya menerima keberadaan perak. Nah, masalahnya nilai emas sangat tinggi sehingga kurang cocok untuk digunakan dalam transaksi jual-beli sehari-hari. Maka solusinya adalah emas harus tersedia dalam pecahan kecil (fractional) seperti 0,5 gram atau bahkan mungkin lebih kecil lagi seperti 0.25 gram. 

Salah satu permasalahan yang terjadi pada masyarakat kita yang rajin membeli emas adalah bahwa mereka membeli emas dalam bentuk perhiasan, atau kalaupun mereka membeli emas batangan maka mereka membeli emas batangan dalam denominasi besar seperti 10 gram, 25 gram, atau bahkan 100 gram. Pada praktiknya nanti, ketika misalnya suatu saat nanti ekonomi benar-benar kolaps, maka emas perhiasan tidak flexible digunakan sebagai moda pembayaran. Begitu juga dengan emas batangan dalam gramasi besar seperti 100 gram, 50 gram, atau 25 gram. Emas yang sangat mungkin paling berguna untuk digunakan dalam transaksi sehari-hari justru emas dalam bentuk gramasi kecil seperti 2 gram, 1 gram, 1/2 gram, atau bahkan mungkin sampai dengan 0.25 gram. Saya berani menyatakan seperti ini karena saya melihat bahwa pada abad ke-17 maupun abad ke-18, Austria masih memproduksi pecahan koin emas dalam gramasi kecil seperti 1/16 ducat (0.22 gram), 1/8 ducat (0.44 gram), dan juga 1/4 ducat (0.88 gram). Dan koin pecahan emas tersebut selain digunakan di Austria juga digunakan di beberapa negara lain seperti Hongaria, Denmark, Transylvania, Sardinia, dan Venice.

Dengan demikian, saya menganjurkan kepada mereka yang mampu untuk menyiapkan atau menyimpan emas batangan dalam gramasi kecil, seperti 2 gram, 1 gram, dan juga 0,5 gram. Karena sejarah membuktikan bahwa koin emas dalam bentuk pecahan tersebut memang pernah digunakan dalam transaksi jual-beli sehari-hari. Atau jika kita kembali kepada kisah Al Kahfi, maka emas batangan yang paling cocok untuk digunakan untuk membeli makanan untuk sekitar 5~7 orang adalah emas batangan dengan berat sekitar 0.25 gram s.d. 1 gram. 

Atau kalau saya boleh membuat skala prioritas dalam membeli emas batangan, maka skala prioritas saya kemungkinan akan seperti ini:

1) 1 gram

2) 0.5 gram

3) 0.25 gram

4) 2 gram

Jadi, kalau misalnya saya punya 10 juta, mungkin saya akan membeli 5 batang @1 gram, 4 batang @0.5 gram, 2 batang @0.25 gram, dan 1 batang @2 gram.

Wa Allahu a'lam.

Referensi:

Standard Catalog of World Coins 1601-1700, Thomas Michael dan Tracy L. Schmidt

Standard Catalog of World Coins 1701-1800, Thomas Michael dan Tracy L. Schmidt

Standard Catalog of World Coins 1801-1900, Thomas Michael dan Tracy L. Schmidt

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gospel for the Gentiles

Dalam posting sebelumnya saya menyimpulkan bahwa Kitab Injil atau the Gospel sedianya ditujukan hanya untuk bangsa Yahudi saja. Bahkan, Injil yang asli kemungkinan ditulis dalam bahasa Ibrani, atau kalau menurut istilah Jerome disebut sebagai matthaei authenticum . Namun, karena sebagian besar bangsa Yahudi pada era Nabi Yesus menolak Yesus, maka kemudian kitab injil dialihkan kepada bangsa lain (bangsa gentiles ), dan kemudian Injil ditulis dalam bahasa gentiles , yakni bahasa Koine Greek. Lalu, karena Kitab Injil sudah diwariskan kepada bangsa gentiles, apakah berarti seluruh isi dari Kitab Injil itu harus juga dilaksanakan oleh pengikut Injil non-Yahudi alias pengikut Injil yang berasal dari bangsa gentiles ? Menurut saya tidak. Sebagian isi dari Kitab Injil tidak applicable bagi bangsa gentiles , contohnya seperti "You are the light of the World", tidak tepat kalau kata-kata ini ditujukan kepada bangsa gentiles. Atau contoh lainnya, "Jika kamu hanya memberi salam

Pascal's Wager atau Pertaruhan Pascal

Pada abad ke-17 Masehi, Blaise Pascal merumuskan teorinya yang kelak di kemudian hari dikenal dengan nama Pascal's Wager atau Taruhan Pascal. Intinya kurang lebih semua orang harus bertaruh, apakah Tuhan itu ada atau Tuhan itu tidak ada (atheist). Menurut Pascal, akan jauh lebih aman bagi manusia jika kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada. Karena kalau kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada dan ternyata Tuhan itu benar-benar ada, maka kita akan selamat. Sebaliknya bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada namun ternyata Tuhan itu ada, maka celakalah si petaruh ini. Demikian juga jika skenarionya dibalik. Misalkan kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada namun ternyata Tuhan itu tidak ada, maka kita tidak rugi-rugi amat. Paling-paling kerugian kita hanyalah bahwa kita kehilangan kesempatan untuk hidup bermewah-mewah di dunia ini atau hedonisme. Begitu juga bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada dan ternyata Tuhan itu memang tidak ada, maka tidak ada keuntungan berarti bagi para