Langsung ke konten utama

Fitnah Akhir Zaman dan Iaido

Iai to wa, hito ni kirarezu, hito kirazuIai to wa, hito ni kirarezu, hito kirazu (Nakamura Taizaburo)

(Iai: not killing others; not being killed by others)



Dari Abu Musa RA (ia berkata), "Telah diriwayatkan kepada kami oleh Rasulullah SAW, "Sesungguhnya ketika Kiamat akan tiba, terjadilah al-harj (kekacauan)" Perawi berkata, "Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan al harj (kekacauan)?" Beliau menjawab, "Pembunuhan" (Ibnu Majah)

Hadits serupa juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah di dalam sahih Muslim


Abu Bakrah ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh akan terjadi beberapa fitnah, sungguh akan terjadi beberapa fitnah, sungguh akan terjadi beberapa fitnah. Ketika itu orang yang duduk lebih baik daripada orang yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berlari. kalau fitnah itu sudah terjadi, maka barangsiapa memiliki unta sebaiknya dia mengurus untanya, barangsiapa memiliki kambing sebaiknya dia mengurus kambingnya, dan barangsiapa memiliki tanah sebaiknya ia mengurus tanahnya." (yakni jangan melibatkan diri dalam fitnah tersebut). Lalu ada seorang lelaki yang bertanya, "Ya Rasulullah bagaimana orang yang tidak memiliki unta, kambing atau tanah?" Rasulullah menjawab, "Hendaklah dia menghunus pedangnya lalu mata pedangnya hendaklah dia pukulkan kepada batu, kemudian jika dia mampu janganlah melibatkan diri dalam fitnah.". Setelah itu Rasulullah mengucapkan, "Ya Allah bukankah aku sudah menyampaikan?" (sahih Muslim)


Dari Abu Musa Al Asy'ari RA, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya ketika hari kiamat akan tiba, terjadilah fitnah laksana malam hari yang gelap. Di pagi hari seseorang beriman, dan di sore harinya ia kafir. Di sore hari ia beriman, dan di pagi harinya ia kafir. Pada saat itu orang yang duduk lebih baik dari yang berdiri, yang berdiri lebih baik dari yang berjalan, yang berjalan lebih baik dari yang berlari kecil. Maka hancurkanlah kerasnya hatimu, dan putuskanlah tali pengikatmu, serta tebaskanlah bebatuan dengan pedangmu. Jika seseorang menerobos masuk kepada salah seorang di antara kalian, maka hendaknya ia menjadi seperti anak Adam yang paling baik. (Ibnu Majah)


Dari Abu Musa dari Rasulullah, "Hancurkanlah busur-busur kalian, putuskanlah tali-tali panah kalian, menetaplah di dalam rumah kalian dan jadilah seperti anak Adam" (Tirmidzi)


Dari Udaisah binti Uhban, ia berkata, "Ketika Ali bin Abu Thalib RA datang ke negeri ini (Bashrah) maka ia mengunjungi ayahku dan berkata, "Wahai Abu Muslim, maukah kamu membelaku dari kaum pemberontak?" Ayahku menjawab, "Tentu"Perawi berkata, "Wahai budak, keluarkanlah pedangku" Perawi berkata, "Kemudian budak itu mengeluarkan pedangnya dan mencabutnya satu jengkal, dan ternyata pedang itu terbuat dari kayu, maka Abu Muslim berkata, "Sesungguhnya kekasihku dan anak pamanmu telah mengambil sumpah kepadaku, "Jika fitnah terjadi di antara kaum muslimin, maka hendaknya kalian membuat pedang dari kayu."Jika kamu ingin, maka aku akan ikut pergi bersamamu. Ali berkata, "Tidak, aku tidak butuh kepada dirimu dan pedangmu itu." (Ibnu Majah, Tirmidzi)


Dari beberapa hadits tersebut di atas maka diperkirakan akan terjadi kekacuan pada akhir zaman kelak. Dan jika saat itu telah tiba, di mana dunia penuh dengan kekacauan, tindakan mementingkan diri sendiri (egois) serta kezhaliman merebak dimana-mana, maka kita umat muslim diperintahkan untuk bersikap pasif; tidak aktif, apalagi agresif. Kita diperintahkan untuk banyak bersabar.



Lalu apa yang menyebabkan masa kekacauan tersebut sehingga manusia ramai melakukan perbuatan zhalim? Saya menduga kuat bahwa pada saat itu bahan makanan sangat berkurang, berdasarkan hadits berikut:

Dari Abu Hurairah: "Akan terjadi kekurangan bahan makanan bukan karena tidak ada hujan, tetapi turun hujan demi hujan namun bumi tidak menumbuhkan apa-apa" (sahih Muslim)Karena bahan makanan sangat terbatas, maka banyak manusia yang melakukan perbuatan zhalim seperti merampas, merampok, dan membunuh, karena didorong oleh sikap mementingkan diri sendiri (egois). Hukum rimba-lah yang berlaku pada zaman fitnah tersebut.


Lalu bagaimana sikap kita di dalam menghadapi zaman fitnah tersebut?Saya melihat ada dua solusi yang diberikan Rasulullah.

Yang pertama adalah tetap di rumah dan bersikap pasif, serta menjauhkan diri dari segala macam bentuk fitnah (tidak ikut-ikutan).

Yang kedua adalah menyendiri, memisahkan diri dari segala kelompok dan golongan yang ada, serta pergi ke tempat-tempat yang sepi.

Dari Abdullah ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Islam pertama kali datang sebagai sesuatu yang asing dan akan kembali dalam keadaan asing, Maka beruntunglah orang-orang yang asing." Perawi berkata, lalu Rasulullah SAW ditanya, "Lantas siapakah orang-orang yang asing itu?" Beliau menjawab, "Orang-orang yang memisahkan diri dari kabilah-kabilah." (ibnu majah)



Dari Abu Said Al Khudri ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Hampir terjadi sebaik-baik kekayaan seorang muslim adalah kambing yang dipelihara di atas bukit pegunungan dan mencari tempat-tempat air semata-mata karena ia melarikan diri dengan agamanya dari fitnah." (Abu Daud, Ibnu Majah)



Dari Hudzaifah Al Yamani ia berkata bahwa rasulullah SAW bersabda..."Berpegang teguhlah kepada jamaah muslim dan imam mereka. Jika mereka tidak mempunyai jama'ah dan tidak juga imam, maka jauhilah semua golongan tersebut meskipun kamu harus menggigit batang pohon sampai kematian menjemputmu dan kamu masih tetap dalam keadaanmu." (ibnu Majah)




Lalu apa hubungannya Fitnah di Akhir Zaman dengan Iaido?

Bagi yang belum mengetahui iaido, maka iaido adalah seni beladiri dari Jepang yang lebih menekankan pada cara menarik pedang dari sarungnya (the art of drawing sword). Dalam latihannya, iaido banyak menggunakan pedang kayu (bokuto/bokken) atau pedang tumpul (iaito). Nah, pedang kayu (bokuto) dan pedang tumpul (iaito) tersebut sepertinya sangat cocok dengan anjuran pada hadits tersebut di atas. Dalam salah satu hadits dikatakan bahwa seorang sahabat disuruh untuk membuat pedang kayu ketika menghadapi masa fitnah. Sedang di hadits lain, para sahabat disuruh untuk memukulkan pedang ke batu, yang mungkin saja akan membuat pedang menjadi tumpul.


Nakamura Taizaburo telah mengatakan, Iai to wa, hito ni kirarezu, hito kirazu. Prinsip iai: tidak membunuh orang lain, dan tidak dibunuh oleh orang lain.

Prinsip ini saya rasa sangat tepat diterapkan ketika kita mengahadapi masa fitnah tersebut. Kita tidak boleh membunuh orang lain, walaupun seandainya orang tersebut merampas hak milik kita. Namun kita juga tidak membiarkan begitu saja orang lain membunuh kita. Walaupun Nabi telah memerintahkan kita untuk meneladani sikap anak Adam yang baik (Habil), namun toh Nabi juga tidak melarang kita membela diri ketika kita akan dibunuh.

Sebagai gambaran, jika musuh mengangkat pedangnya untuk menebas leher kita atau ingin membunuh kita, bukankah kita bisa saja menangkisnya. Sukur-sukur kalau kita bisa melucuti senjata lawan tanpa membunuhnya.

Bukankah Allah telah berfirman agar kita jangan sampai menjatuhkan diri kita sendiri ke dalam kebinasaan?



Namun, langkah terbaik yang bisa kita lakukan di dalam menghadapi zaman fitnah adalah mendatangi Imam Mahdi dan berbai'at kepada beliau. Jika Imam Mahdi belum muncul maka pilihan berikutnya adalah kita harus menyepi dan menyendiri dan membiarkan manusia dengan segala kejahatannya. Dengan demikian kita tidak akan tergoda untuk membunuh atau dibunuh oleh orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gospel for the Gentiles

Dalam posting sebelumnya saya menyimpulkan bahwa Kitab Injil atau the Gospel sedianya ditujukan hanya untuk bangsa Yahudi saja. Bahkan, Injil yang asli kemungkinan ditulis dalam bahasa Ibrani, atau kalau menurut istilah Jerome disebut sebagai matthaei authenticum . Namun, karena sebagian besar bangsa Yahudi pada era Nabi Yesus menolak Yesus, maka kemudian kitab injil dialihkan kepada bangsa lain (bangsa gentiles ), dan kemudian Injil ditulis dalam bahasa gentiles , yakni bahasa Koine Greek. Lalu, karena Kitab Injil sudah diwariskan kepada bangsa gentiles, apakah berarti seluruh isi dari Kitab Injil itu harus juga dilaksanakan oleh pengikut Injil non-Yahudi alias pengikut Injil yang berasal dari bangsa gentiles ? Menurut saya tidak. Sebagian isi dari Kitab Injil tidak applicable bagi bangsa gentiles , contohnya seperti "You are the light of the World", tidak tepat kalau kata-kata ini ditujukan kepada bangsa gentiles. Atau contoh lainnya, "Jika kamu hanya memberi salam

Mengantisipasi Perubahan Zaman

Saya percaya bahwa suatu saat nanti Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan muncul ke bumi. Bahkan, saya pribadi percaya,  imho , bahwa Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan datang pada abad ini, yakni abad ke-21 Masehi (sebelum tahun 2099 M) dan abad ke-15 Hijriah (sebelum tahun 1499 H). (Btw, tulisan ini saya buat pada tanggal 29 Juni 2023 atau 10/11 Zulhijjah 1444 H). Dalilnya antara lain dari buku  Umur Umat Islam  yang pernah beredar sekitar 20 tahun yang lalu, yang kurang lebih memperkirakan bahwa umur umat Islam itu hanya satu setengah hari saja atau sekitar 1500 tahun. Wa Allahu a'lam. Namun, di sisi lain saya juga percaya bahwa sebelum Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, maka zaman akan berubah. Artinya, zaman ketika sang Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, yang menurut perkiraan saya tidak akan lebih dari 50 tahun lagi dari sekarang, keadaannya akan sangat berbeda dengan zaman saat ini (2023). Saya menduga bahwa ketika Imam Mahdi dan/atau sang Mesias datang maka pada

Pascal's Wager atau Pertaruhan Pascal

Pada abad ke-17 Masehi, Blaise Pascal merumuskan teorinya yang kelak di kemudian hari dikenal dengan nama Pascal's Wager atau Taruhan Pascal. Intinya kurang lebih semua orang harus bertaruh, apakah Tuhan itu ada atau Tuhan itu tidak ada (atheist). Menurut Pascal, akan jauh lebih aman bagi manusia jika kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada. Karena kalau kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada dan ternyata Tuhan itu benar-benar ada, maka kita akan selamat. Sebaliknya bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada namun ternyata Tuhan itu ada, maka celakalah si petaruh ini. Demikian juga jika skenarionya dibalik. Misalkan kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada namun ternyata Tuhan itu tidak ada, maka kita tidak rugi-rugi amat. Paling-paling kerugian kita hanyalah bahwa kita kehilangan kesempatan untuk hidup bermewah-mewah di dunia ini atau hedonisme. Begitu juga bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada dan ternyata Tuhan itu memang tidak ada, maka tidak ada keuntungan berarti bagi para