Langsung ke konten utama

Mengimani Kitab Sebelum Al Quran

Di dalam Al Quran, terdapat satu ayat khusus yang mewajibkan orang-orang beriman untuk beriman kepada Kitab sebelum Al Quran. Ayat tersebut adalah sebagai berikut:
"Hai orang-orang beriman, tetapah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya (yaitu Al Quran) dan Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan Hari Kemudian, maka sesungguhnya ia telah sesat sejauh-jauhnya." (QS 4:136)

Pada umumnya sebagian muslim tidak terlalu memperhatikan ayat ini. Maintsream muslim menganggap bahwa Kitab (atau kitab-kitab) sebelum Al Quran saat ini sudah tidak ada lagi karena baik kitab suci umat Kristiani (yaitu Alkitab/Bible) maupun kitab suci umat Yahudi (yaitu Tanakh/Alkitab Perjanjian Lama) yang beredar saat ini sudah tidak asli lagi, sehingga ia tidak perlu diimani.
Mainstream muslim percaya bahwa kitab sebelum Al Quran yang wajib diimani orang-orang beriman tersebut dulu memang ada, namun karena kemudian kitab tsb telah mengalami pengeditan maka sekarang umat muslim cukup mempercayai saja bahwa kitab-kitab tersebut dulu memang pernah ada.

Saya sendiri tidak sependapat dengan pandangan mainstream muslim.
Berawal dari QS 4:136 tersebut, saya pribadi meyakini bahwa Kitab sebelum Al Quran yang wajib diimani oleh orang-orang beriman sampai saat ini masih bisa dilihat jejak-jejaknya, dan bahkan masih bisa dibaca! Sulit rasanya bagi saya untuk menerima bahwa Allah memerintahkan sesuatu kepada orang-orang beriman akan sesuatu yang sudah tidak relevan lagi. Al Quran sendiri pun berulang kali menyatakan bahwa Al Quran itu membenarkan Kitab yang sebelumnya dalam berbagai ayatnya.

Salah satu ayat yang membuat saya yakin bahwa Kitab sebelum Quran tersebut masih bisa dapat dilihat jejak-jejaknya, bahkan masih bisa dibaca dengan bacaan yang sebenarnya terdapat di dalam surah Al Baqarah ayat 121:
"Orang-orang yang telah Kami berikan Alkitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan sebenarnya, mereka itulah yang beriman kepadanya" (QS 2:121)

Nah, sekarang pertanyaannya adalah Kitab apakah yang dimaksud di dalam QS 4:136 dan 2:121 ini?
Terdapat berbagai kemungkinan jawabannya, mulai dari pengertian Al Kitab yang paling luas sampai pengertian Kitab yang paling spesifik. Untuk itu perlu kiranya bagi seorang muslim untuk mengetahui perbedaan antara Alkitab orang Kristen (The Bible), Tanakh (Perjanjian Lama/Jewish Bible), Taurat, dan Kitab Musa.

1. Alkitab
Dalam pengertiannya yang paling luas, Alkitab berarti kitab suci yang diimani oleh umat Kristiani saat ini yaitu The Bible yang terdiri dari Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Secara keseluruhan. Alkitab pada umumnya terdiri dari 66 kitab (39 kitab Perjanjian Lama ditambah 27 kitab Perjanjian Baru). Di dalam terjemahan Al Quran versi Muhammad Sarwar, beliau menerjemahkan Kitab sebelum Quran tersebut sebagai The Bible. Berikut terjemahannya:
"Believers, have faith in God and His Messenger, the Book which is revealed to him, and the Bible which has been revealed before."

Saya pribadi merasa kurang sreg dengan terjemahan tersebut. Sebagaimana kita ketahui, bahwa Alkitab yang beredar saat ini sudah mengalami berbagai pengeditan. dan kita bisa menemukan banyak perbedaan dan kontradiksi antara Al Quran dengan Alkitab. Oleh karena itu janggal rasanya jika Allah mewajibkan kita orang beriman untuk beriman kepada sesuatu yang tidak asli lagi dan sesuatu yang banyak mengandung kontradiksi dengan Al Quran. Oleh karena itu kecil rasanya kemungkinan bahwa Kitab sebelum Al Quran yang dimaksud dalam QS 4:136 adalah Alkitab/The Bible.

2. Taurat
Yang dimaksud dengan Taurat adalah lima kitab pertama yang terdapat di dalam Alkitab, yaitu Kitab Kejadian (Genesis). Kitab Keluaran (Exodus), Kitab Imamat (Leviticus), Kitab Bilangan (Numbers) dan Kitab Ulangan (Deuteronomy). Menurut teori dari para sarjana Alkitab (Biblical scholars) saat ini, kitab Taurat tersebut tidak ditulis oleh Nabi Musa, melainkan setidaknya oleh empat orang yang berbeda, yaitu masing-masing disebut sebagai J, E, D, dan P. Teori JEDP ini dikenal sebagai Documentary Hypothesis. Dan menurut teori ini diperkirakan bahwa Kitab Taurat tersebut baru mencapai bentuknya seperti yang sekarang ini sekitar abad ke-5 atau abad ke-4 sebelum masehi.

Berhubung bahkan di dalam kitab Taurat sendiri pun terdapat kontradiksi di dalamnya yang antara lain disebabkan karena ia dituliskan oleh empat orang berbeda, dan belum lagi karena adanya kontradiksi antara Kitab Taurat dengan Al Quran, rasanya kecil kemungkinan bahwa yang dimaksud dengan Kitab sebelum Al Quran di dalam QS 4:136 tersebut adalah Kitab Taurat.

3. Kitab Musa
Banyak orang yang menganggap bahwa yang dimaksud dengan kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa adalah Kitab Taurat, dan Kitab Taurat adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa. Padahal sebenarnya anggapan ini adalah keliru.
Tidak pernah sekalipun Al Quran menyatakan di dalam ayatnya bahwa Kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa disebut dengan Taurat. Ini seolah-olah mengisyaratkan bahwa Kitab Taurat tidak ditulis oleh Nabi Musa sendiri, sebagaimana keyakinan para sarjana Alkitab pendukung teori Documentary Hypothesis di atas.

Terdapat berbagai ayat di dalam Al Quran yang menyiratkan bahwa sebenarnya yang dimaksud dengan Kitab sebelum Al Quran tersebut adalah Kitab Musa ini. (Ingat bahwa Kitab Musa tidak sama dengan Kitab Taurat). Berikut ini saya sampaikan beberapa dalil bahwa Kitab Musa-lah yang dimaksud sebagai Kitab sebelum Al Quran.

1. Dalil Qath'i, yaitu dalil yang jelas menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Kitab sebelum Al Quran adalah Kitab Musa.

1.1. "Dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan (Al Quran) ini adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab ...." (QS 46:12)

1.2. Mereka berkata, "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab sebelumnya yang memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus." (QS 46:30)

1.3. "... dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat" (QS 11:17)

1.4. "Maka tatkala datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata, 'Mengapa tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu?' Dan bukankah mereka itu telah ingkar kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu? Mereka berkata, 'Dua sihir yang bantu-membantu'. Dan mereka juga berkata, 'Sesungguhnya kami tidak mempercayai masing-masing mereka itu. Katakanlah, 'Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih dapat memberi petunjuk daripada keduanya (Kitab Musa dan Al Quran) niscaya aku mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar' " (QS 28:48-49)

1.5. "Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa (sebuah) Kitab, maka janganlah kamu (Muhammad) ragu-ragu menerimanya, dan Kami jadikan Kitab itu petunjuk bagi bani Israil" (QS 32:23)

2. Dalil zhanni, yaitu argumen tidak begitu jelas dan masih bisa diperdebatkan bahwa yang dimaksud sebagai Kitab sebelum Al Quran adalah Kitab Musa.

2.1. "Kitab itu tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa" (QS 2:2)
Kebanyakan terjemahan Al Quran menerjemahkan "Kitab itu" sebagai "Kitab ini" (Al Quran). Padahal, secara literal, "Kitab itu" berarti "Kitab itu" yang artinya ia jauh dan ia bukan kitab ini. Bahkan di dalam Tafsir Tabari, di dalamnya terdapat seorang ulama terdahulu yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan "kitab itu" adalah Taurat. (Seperti telah saya singgung di atas, sebagian besar orang tidak dapat membedakan antara Kitab Musa dan Taurat, jadi kemungkinan besar yang dimaksud Taurat di sini adalah Kitab Musa, dan bukan Kitab Taurat yang disusun oleh J, E, D, dan P sebagaimana Taurat yang beredar saat ini)

2.2. "Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah, akan tetapi (Al Quran) itu membenarkan Kitab yang sebelumnya dan menjelaskan kitab yang tidak ada keraguan padanya ..." (QS 10:37)
Ayat ini menggunakan frase yang sama dengan ayat 2 surah Al Baqarah di atas yaitu "tidak ada keraguan padanya", seolah-olah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "Kitab itu" adalah "Kitab sebelum Al Quran"

2.3. "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam atau terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi ... Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dari Kitab itulah yang benar dengan membenarkan Kitab sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya. Kemudian Kami telah wariskan Kitab itu kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami ...." (QS 35:29-32)
Jika diperhatikan di dalam berbagai terjemahan Al Quran berbahasa Inggris, ayat 32 di atas menggunakan bentuk lampau (past tense), sehingga mungkin sekali yang dimaksud dengan "Kitab itu" di dalam ayat di atas bukanlah Al Quran melainkan Kitab sebelum Al Quran, karena surah Fathir termasuk surah Makkiyah yang artinya bahwa ketika surah Fathir ini diturunkan, pada saat itu Al Quran belum mencapai bentuk finalnya seperti sekarang ini, sehingga sulit rasanya membayangkan bahwa ia telah diwariskan kepada orang-orang terpilih dari hamba-hamba-Nya.

2.4. "Katakanlah, 'Siapakah yang menurunkan Kitab yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran yang bercerai berai ... Dan (Al Quran) ini adalah Kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi, membenarkan kitab sebelumnya." (QS 6:91-92)
Berhubung di ayat 91 di atas disebutkan tentang "Kitab Musa", maka cukup logis jika diasumsikan bahwa yang dimaksud dengan "kitab sebelumnya" di ayat berikutnya adalah "Kitab Musa" tersebut.

Apakah Kitab Musa itu?
Sebelumnya telah disinggung bahwa yang dimaksud dengan Kitab Musa bukanlah Kitab Taurat, dan Kitab Taurat bukanlah Kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa karena tidak ada satu pun ayat Al Quran yang menyatakan bahwa Taurat itu diturunkan kepada Nabi Musa. Lagi pula para sarjana Alkitab (Biblical scholars) telah menyatakan bahwa Kitab Taurat itu bukan ditulis oleh Nabi Musa sendiri melainkan setidaknya oleh empat orang yang berbeda yang biasa disebut dengan initial J, E, D, dan P; dan ditambah oleh seorang redaktor yang disebut dengan R.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan Kitab Musa itu?
Saya percaya bahwa yang dimaksud dengan Kitab Musa itu masih bisa dilihat jejaknya di dalam Kitab Taurat, bahkan mungkin masih bisa dibaca dengan bacaan yang sebenarnya. Artinya, Kitab Musa tersebut merupakan bagian dari Kitab Taurat, dan fragmen dari Kitab Musa itu masih utuh (tanpa mengalami editan) dan disisipkan di dalam Kitab Taurat yang ada saat ini.

Bagian mana dari Kitab Taurat yang merupakan Kitab Musa?
Saya pribadi percaya bahwa Kitab Musa tersebut terdapat di dalam Kitab Keluaran (Exodus). Dalilnya adalah QS 6:154 dan QS 7:145 dan 7:154.

"Kemudian Kami telah memberikan Kitab kepada Musa untuk menyempurnakan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan, dan untuk menjelaskan segala sesuatu (wa tafsilal likulli syai'i) dan sebagai petunjuk dan rahmat (hudaw wa rahmah) agar mereka beriman bahwa mereka akan menemui Tuhan mereka." (QS 6:154)
Perlu diperhatikan bahwa di dalam ayat surah Al An'am di atas menggunakan frase "untuk menjelaskan segala sesuatu" dan "sebagai petunjuk dan rahmat", di mana frase tersebut diulang kembali di dalam surah Al A'raaf ketika sedang membahas tentang loh-loh Nabi Musa.

"Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada loh-loh segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu (wa tafsilal li kulli syai'i). Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepadanya dengan sebaik-baiknya ...." (QS 7:145)

"Sesudah amarah Musa menjadi reda lalu diambilnya (kembali) loh-loh itu dan di dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat (hudaw wa rahmah) untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya." (QS 7:154)

Walaupun di dalam surah Al An'am menggunakan kata "kitab" sedangkan di dalam surah Al A'raaf menggunakan kata "loh-loh" (alwah), bukan tidak mungkin bahwa keduanya adalah suatu hal yang sama karena sifat yang dimilikinya sama persis, yaitu sebagai penjelas bagi segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat.

Lalu bagian manakah tepatnya dari Kitab Keluaran yang merupakan "Kitab Musa"?
Sebelumnya telah saya singgung bahwa para sarjana Alkitab berpendapat bahwa Kitab Taurat yang ada saat ini tidak ditulis oleh Nabi Musa melainkan oleh empat orang yang berbeda yang masing-masing disebut sebagai J, E, D, dan P. Kalau mau diuraikan lebih lanjut, sebenarnya tidak semua bagian dari Kitab Taurat tersebut benar-benar ditulis oleh empat orang tadi, karena ada bagian-bagian tertentu di dalam Kitab Taurat yang masih tidak diketahui siapa penulisnya. Saya mencatat setidaknya ada tiga bagian yang tidak diketahui siapa penulisnya, yaitu Sepuluh Perintah (The Ten Commandments) yang terdapat di dalam Kitab Keluaran, the Covenant Code di dalam Kitab Keluaran, dan the Holiness Code di dalam kitab Imamat.

Salah satu sarjana pendukung dari Documentary Hypothesis adalah Richard Elliott Freidman, yang antara lain menulis buku berjudul Who Wrote The Bible? dan The Bible with Sources Revealed. (Saya punya hard copy dari kedua buku tersebut).

Bagian pertama dari Alkitab yang tidak diketahui siapa penulisnya adalah Sepuluh Perintah yang terdapat di dalam Kitab Keluaran 20:1-17.
Di dalam buku The Bible with Sources Revealed, ketika mengomentari bagian ini Richard Elliott Friedman menuliskan sebagai berikut:
"The text of the Ten Commandments here does not appear to belong to any of the major sources. It is likely to be an independent document, which was inserted here by the Redactor." (p. 153)
Bukan tidak mungkin bahwa bagian ini merupakan text kuno dari orang-orang terdahulu yang mungkin saja merupakan warisan dari Nabi Musa langsung, yang kemudian dimasukkan ke dalam Taurat oleh R (atau mungkin juga oleh E).

Perlu diketahui bahwa menurut Alkitab, Sepuluh Perintah ini ditulis di dalam dua loh batu. Namun, di dalam Al Quran ketika menyebutkan loh-loh batu yang diberikan kepada Nabi Musa, ia selalu dalam bentuk jamak (plural) yaitu alwah, bukan dalam bentuk tunggal atau dual. Dengan demikian, maka menurut Al Quran masih ada lagi bagian selain Sepuluh Perintah tersebut yang juga ditulis di dalam loh. Dan bagian tersebut kemungkinan besar adalah apa yang disebut sebagai the Covenant Code yang juga terdapat di dalam Kitab Keluaran Pasal 21 s.d 23:19.

Di dalam buku yang sama halaman 154 Mr Friedman menjelaskan, "Exod 21:1 - 23:19 is a law code known as the Covenant Code. It was originally a separate, independent document, but it was used by the author of E as part of the E work."
Sebagaimana halnya dengan Sepuluh Perintah di atas, bukan tidak mungkin bahwa the Covenant Code ini atau Kitab Perjanjian ini pun merupakan peninggalan dari Nabi Musa sendiri, wa Allahu a'lam.

Kalau kita mencermati bagian Sepuluh Perintah dan the Covenant Code yang terdapat di dalam Kitab Keluaran, kita akan mendapatkan bahwa kedua bagian tersebut diwahyukan oleh Tuhan sebelum peristiwa umat Israel membuat patung berupa anak lembu emas, dan sebelum Nabi Musa membanting loh batu. Sehingga cukup beralasasn rasanya jika kita menduga bahwa kedua bagian itulah yang dimaksud dengan Kitab Musa.


Bagaimana mengejawantahkan keimanan kita kepada Kitab sebelum Al Quran?
Saya berpendapat bahwa kita dapat memanifestasikan keimanan kita kepada Kitab sebelum Al Quran (yaitu Kitab Musa) dengan cara menghormatinya, merasa aman kepadanya, dan berprasangka baik kepadanya bahwa ia terbebas dari segala pengubahan dan editan, serta mungkin juga membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, sebagaimana tersirat di dalam surah Al Baqarah ayat 121:
"Orang-orang yang Kami berikan Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itulah yang beriman kepadanya." (QS 2:121)

Edited 22 Juni 2017
Kemarin saya membrowsing (kembali) mengenai Shapira Manuscript, yaitu sebuah manuskrip kuno yang diklaim oleh Moshe Shapira sebagai naskah Kitab Ulangan (Deuteronomy) yang diduga berasal dari sejak ratusan tahun sebelum Masehi. Namun sayang, sarjana pada masa tersebut (sekitar 1880-an M) menolak klaim Moshe Shapira. Akhirnya Moshe Shapira merasa malu dan kemudian dia bunuh diri.
Namun, belakangan setelah diketemukannya naskah Dead Sea Scrolls (DSS), scholars menduga bahwa boleh jadi Shapira Manuscript tersebut autentik. Jika demikian, maka Shapira Manuscript merupakan naskah Alkitab paling tua yang bisa dibaca oleh manusia pada jaman modern ini.

Nah, setelah saya membaca Shapira Manuscipt ini saya jadi memiliki dugaan bahwa Shapira Manuscipt inilah yang dimaksud dengan Kitab Musa, atau setidaknya isi dari Shapira Manuscript sangat mendekati apa yang ada di dalam Kitab Musa.

Shapira Manuscript ini cukup ringkas, hanya sekitar 6 halaman kertas A4, sehingga membuatnya jauh lebih ringkas dari pada Kitab Ulangan. Sebagaimana Kitab Ulangan, isi dari Shapira Manuscript (atau Kitab Musa?) bercerita tentang kilas balik perjalanan umat Israel selepas mereka keluar dari tanah Mesir.
Namun, tidak seperti Kitab Ulangan, di dalam Shapira Manuscipt tidak banyak terdapat perintah dan larangan sebagaimana Deuteronomy Code. Dalam Shapira Manuscript "hanya" terdapat perintah "Hukum yang Terutama" serta "Sepuluh Perintah", dimana dalam "Sepuluh Perintah" tsb terdapat satu perintah "ekstra" yaitu jangan membenci sesamamu/saudaramu dalam hatimu.

Sekarang saya berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Kitab Musa di dalam Al Quran adalah Shapira Manuscript atau apa yang serupa dengannya. Sedangkan yang dimaksud dengan "Taurat" di dalam Al Quran adalah "Kitab Ulangan".

Jadi, walaupun "Kitab Musa" dan "Taurat" itu serupa, namun mereka tidak sama persis. Perbedaan antara Kitab Musa dengan Taurat adalah sebagaimana perbedaan antara Shapira Manuscript dengan Kitab Ulangan / Deuteronomy / Devarim.

wa Allahu a'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gospel for the Gentiles

Dalam posting sebelumnya saya menyimpulkan bahwa Kitab Injil atau the Gospel sedianya ditujukan hanya untuk bangsa Yahudi saja. Bahkan, Injil yang asli kemungkinan ditulis dalam bahasa Ibrani, atau kalau menurut istilah Jerome disebut sebagai matthaei authenticum . Namun, karena sebagian besar bangsa Yahudi pada era Nabi Yesus menolak Yesus, maka kemudian kitab injil dialihkan kepada bangsa lain (bangsa gentiles ), dan kemudian Injil ditulis dalam bahasa gentiles , yakni bahasa Koine Greek. Lalu, karena Kitab Injil sudah diwariskan kepada bangsa gentiles, apakah berarti seluruh isi dari Kitab Injil itu harus juga dilaksanakan oleh pengikut Injil non-Yahudi alias pengikut Injil yang berasal dari bangsa gentiles ? Menurut saya tidak. Sebagian isi dari Kitab Injil tidak applicable bagi bangsa gentiles , contohnya seperti "You are the light of the World", tidak tepat kalau kata-kata ini ditujukan kepada bangsa gentiles. Atau contoh lainnya, "Jika kamu hanya memberi salam

Mengantisipasi Perubahan Zaman

Saya percaya bahwa suatu saat nanti Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan muncul ke bumi. Bahkan, saya pribadi percaya,  imho , bahwa Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan datang pada abad ini, yakni abad ke-21 Masehi (sebelum tahun 2099 M) dan abad ke-15 Hijriah (sebelum tahun 1499 H). (Btw, tulisan ini saya buat pada tanggal 29 Juni 2023 atau 10/11 Zulhijjah 1444 H). Dalilnya antara lain dari buku  Umur Umat Islam  yang pernah beredar sekitar 20 tahun yang lalu, yang kurang lebih memperkirakan bahwa umur umat Islam itu hanya satu setengah hari saja atau sekitar 1500 tahun. Wa Allahu a'lam. Namun, di sisi lain saya juga percaya bahwa sebelum Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, maka zaman akan berubah. Artinya, zaman ketika sang Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, yang menurut perkiraan saya tidak akan lebih dari 50 tahun lagi dari sekarang, keadaannya akan sangat berbeda dengan zaman saat ini (2023). Saya menduga bahwa ketika Imam Mahdi dan/atau sang Mesias datang maka pada

Pascal's Wager atau Pertaruhan Pascal

Pada abad ke-17 Masehi, Blaise Pascal merumuskan teorinya yang kelak di kemudian hari dikenal dengan nama Pascal's Wager atau Taruhan Pascal. Intinya kurang lebih semua orang harus bertaruh, apakah Tuhan itu ada atau Tuhan itu tidak ada (atheist). Menurut Pascal, akan jauh lebih aman bagi manusia jika kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada. Karena kalau kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada dan ternyata Tuhan itu benar-benar ada, maka kita akan selamat. Sebaliknya bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada namun ternyata Tuhan itu ada, maka celakalah si petaruh ini. Demikian juga jika skenarionya dibalik. Misalkan kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada namun ternyata Tuhan itu tidak ada, maka kita tidak rugi-rugi amat. Paling-paling kerugian kita hanyalah bahwa kita kehilangan kesempatan untuk hidup bermewah-mewah di dunia ini atau hedonisme. Begitu juga bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada dan ternyata Tuhan itu memang tidak ada, maka tidak ada keuntungan berarti bagi para