Langsung ke konten utama

Memperkirakan Harga Emas dan Perak Yang Seharusnya

Harga emas pada hari ini, Senin 11 September 2017 adalah sekitar 580 ribu rupiah, sedangkan harga perak sekitar 10.700 rupiah. Kalau kita hitung rasio kedua harga tersebut, maka harga 1 gram emas kurang lebih setara dengan harga 54 gram perak (1:54). Di pasar internasional bahkan rasio harga emas dengan perak adalah 1 berbanding 70.

Keadaan ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan di masa lalu dimana rasio harga emas dan perak hanya sekitar 1:10 atau paling jauh 1:20. Perbandingan harga emas: perak dengan rasio 1:10 hingga 1:20 itu sudah berlaku sejak sebelum zaman Nabi Muhammad hingga sekitar tahun 1980. Mengapa kemudian rasio emas dan perak meningkat tajam, saya tidak tahu penyebabnya, namun saya ingin menghitung-hitung, berapa sih harga emas dan perak seharusnya. Apakah harga emas yang dinilai terlalu tinggi, ataukah harga perak yang dinilai terlalu rendah, atau kombinasi dari keduanya.

Dalam menghitung harga emas dan perak yang seharusnya, saya menggunakan dua asumsi:

  1. Rasio emas dan perak yang ideal adalah sekitar 1:10 atau paling jauh 1:20. 
  2. Saya berpegang kepada dalil bahwa 1 dinar emas (sekitar 4,25 gram emas) dapat membeli satu ekor kambing.
Jika kita memakai harga emas sebagai patokan, maka harga seekor kambing itu sekitar 2,4 juta. Padahal ketika Idul Adha kemarin, harga kambing kurang dari itu (sementara kita tahu bahwa harga kambing menjelang Idul Adha selalu naik). Harga kambing kurban kemarin cukup bervariasi mulai 1,9 juta hingga 2,1 juta (harga di Indonesia). Bagaimana dengan di Arab Saudi? Ketika saya meng-google biaya “dam”, saya mendapatkan bahwa biaya dam oleh jemaah haji untuk tahun 2017 ini yang diperhitungkan  setara dengan harga seekor kambing adalah sekitar 450 real atau kalau dirupiahkan sekitar 1.575.000. Bahkan katanya kalau jemaah haji membeli kambing sendiri, harganya bisa lebih murah lagi.

Nah, oleh karena itu saya merasa “aman” jika menggunakan standar biaya dam sebagai patokan, yaitu 1.575.000.

Jika harga seekor kambing adalah 1,575 juta, sedangkan nilai 1 dinar (4,25 gram) adalah sekitar itu juga, maka nilai dari 1 gram emas semestinya adalah sekitar 370 ribu, atau katakanlah 400 ribu rupiah per gram. Dengan demikian saya menduga bahwa harga emas saat ini adalah terlalu tinggi (overvalued). Semestinya harga emas di kisaran 370.000 – 400.000.

Bagaimana dengan perak?
Jika kita mengasumsikan bahwa rasio emas dibanding perak setidaknya 1:20, maka kita akan mendapatkan bahwa harga perak idealnya adalah sekitar 20ribu/gram atau di atas harga saat ini. Oleh karena itu kami yakin bahwa harga perak saat ini terlalu rendah atau undervalued.

Harga tersebut di atas adalah kalau kita menggunakan harga kambing di Arab Saudi.
Lalu bagaimana jika kita menggunakan harga kambing di Indonesia?

Saya menggunakan harga kambing pada kegiatan “tebar kurban” dari Dompet Dhuafa sebagai standar dimana seekor kambing standar dihargai sekitar 1.975.000. Jika harga ini kita bagi dengan angka 4,25 maka kita akan mendapatkan bahwa harga 1 gram emas itu 465 ribu rupiah (pada saat yang sama seekor sapi kurban dihargai 13,5 juta, dengan demikian 1/7 dari harga sapi sekitar 1.930.000 atau tidak jauh berbeda dengan harga kambing standar). Bahkan jika kita menganggap bahwa harga seekor kambing itu 2,1 juta (sesuai harga standar kambing di masjid dekat tempat tinggal saya), kita masih mendapatkan bahwa harga emas 495 ribu rupiah.

Jika kita menganggap bahwa harga 1 gram emas idealnya adalah 500 ribu rupiah, maka harga 1 gram perak setidaknya 25 ribu rupiah.


Yang jelas, baik kita menggunakan harga kambing di Arab Saudi sebagai standar atau harga kambing di Indonesia sebagai patokan maka kita akan mendapatkan bahwa harga emas saat ini sepertinya dinilai terlalu tinggi, sedangkan harga perak dinilai terlalu rendah. 

Kesimpulan:
Harga 1 gram emas seharusnya berkisar antara 370 ribu hingga 500 ribu rupiah, sedangkan harga 1 gram perak seharusnya sekitar 19 ribu hingga 25 ribu rupiah.

Dan Tuhan lebih tahu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gospel for the Gentiles

Dalam posting sebelumnya saya menyimpulkan bahwa Kitab Injil atau the Gospel sedianya ditujukan hanya untuk bangsa Yahudi saja. Bahkan, Injil yang asli kemungkinan ditulis dalam bahasa Ibrani, atau kalau menurut istilah Jerome disebut sebagai matthaei authenticum . Namun, karena sebagian besar bangsa Yahudi pada era Nabi Yesus menolak Yesus, maka kemudian kitab injil dialihkan kepada bangsa lain (bangsa gentiles ), dan kemudian Injil ditulis dalam bahasa gentiles , yakni bahasa Koine Greek. Lalu, karena Kitab Injil sudah diwariskan kepada bangsa gentiles, apakah berarti seluruh isi dari Kitab Injil itu harus juga dilaksanakan oleh pengikut Injil non-Yahudi alias pengikut Injil yang berasal dari bangsa gentiles ? Menurut saya tidak. Sebagian isi dari Kitab Injil tidak applicable bagi bangsa gentiles , contohnya seperti "You are the light of the World", tidak tepat kalau kata-kata ini ditujukan kepada bangsa gentiles. Atau contoh lainnya, "Jika kamu hanya memberi salam

Mengantisipasi Perubahan Zaman

Saya percaya bahwa suatu saat nanti Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan muncul ke bumi. Bahkan, saya pribadi percaya,  imho , bahwa Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan datang pada abad ini, yakni abad ke-21 Masehi (sebelum tahun 2099 M) dan abad ke-15 Hijriah (sebelum tahun 1499 H). (Btw, tulisan ini saya buat pada tanggal 29 Juni 2023 atau 10/11 Zulhijjah 1444 H). Dalilnya antara lain dari buku  Umur Umat Islam  yang pernah beredar sekitar 20 tahun yang lalu, yang kurang lebih memperkirakan bahwa umur umat Islam itu hanya satu setengah hari saja atau sekitar 1500 tahun. Wa Allahu a'lam. Namun, di sisi lain saya juga percaya bahwa sebelum Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, maka zaman akan berubah. Artinya, zaman ketika sang Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, yang menurut perkiraan saya tidak akan lebih dari 50 tahun lagi dari sekarang, keadaannya akan sangat berbeda dengan zaman saat ini (2023). Saya menduga bahwa ketika Imam Mahdi dan/atau sang Mesias datang maka pada

Pascal's Wager atau Pertaruhan Pascal

Pada abad ke-17 Masehi, Blaise Pascal merumuskan teorinya yang kelak di kemudian hari dikenal dengan nama Pascal's Wager atau Taruhan Pascal. Intinya kurang lebih semua orang harus bertaruh, apakah Tuhan itu ada atau Tuhan itu tidak ada (atheist). Menurut Pascal, akan jauh lebih aman bagi manusia jika kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada. Karena kalau kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada dan ternyata Tuhan itu benar-benar ada, maka kita akan selamat. Sebaliknya bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada namun ternyata Tuhan itu ada, maka celakalah si petaruh ini. Demikian juga jika skenarionya dibalik. Misalkan kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada namun ternyata Tuhan itu tidak ada, maka kita tidak rugi-rugi amat. Paling-paling kerugian kita hanyalah bahwa kita kehilangan kesempatan untuk hidup bermewah-mewah di dunia ini atau hedonisme. Begitu juga bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada dan ternyata Tuhan itu memang tidak ada, maka tidak ada keuntungan berarti bagi para