Langsung ke konten utama

Saling Tuduh antara Yahudi dan Kristen

Belakangan ini saya tertarik dengan apa yang disebut dengan the Noahide. Apakah the Noahide itu? Secara singkat kurang lebih seperti berikut ini: Menurut tradisi Yahudi, Tuhan memberikan dua macam Hukum kepada umat manusia, yang pertama adalah hokum Torah yang diperuntukkan khusus untuk umat Israel  (termasuk di dalamnya perintah untuk menguduskan Hari Sabtu), dan yang kedua adalah the Noahide Laws atau Tujuh Hukum Nabi Nuh, yang berlaku untuk seluruh umat manusia. Saya menduga keras bahwa the Noahide ini adalah apa yang disebut di dalam Al Quran dengan sebutan Sabi’in atau Sabi’un (QS 2:62, 5:69).

Tujuh Hukum Nabi Nuh tersebut adalah sbb:
1. Jangan menyembah berhala
2. Jangan mengutuk Tuhan
3. Jangan membunuh
4. Jangan mencuri
5. Jangan berzina
6. Jangan menyakiti binatang, jangan memakan anggota tubuh binatang ketika binatang tsb masih hidup, jangan memakan darah binatang,
7. Menetapkan  “pengadilan” untuk memastikan bahwa hukum-hukum tersebut dijalankan.

Perlu saya tambahkan mengenai the Noahide ini bahwa walaupun the Noahide menegakkan Tujuh Hukum Nabi Nuh , namun pada praktiknya hukum yang harus dijalani lebih dari 7 hukum tersebut. Kemudian yang lebih penting lagi adalah bahwa istilah mengenai “Tujuh Hukum” tersebut tidak dapat ditemukan di dalam Torah, Injil, maupun Kitab Para Nabi. Istilah mengenai “Tujuh Hukum Nabi Nuh” hanya terdapat di dalam Talmud yang ditulis beberapa abad setelah Masehi, sedangkan Talmud sendiri merupakan tradisi lisan para rabbi Yahudi yang di-klaim merupakan tradisi lisan turun temurun yang berasal sejak zaman Nabi Musa.

Karena tertarik dengan the Noahide ini, saya membeli beberapa buku mengenai the Noahide. Salah satunya berjudul The Noahide Code – A Guide to the Perplexed Christian karangan Alan W. Cecil.
Tidak ada biografi  mengenai penulis pada buku tersebut, namun saya menduga bahwa penulis tersebut (Alan W. Cecil), sebagaimana mayoritas pengikut the Noahide, adalah mantan Nasrani yang tahu banyak tentang Alkitab Perjanjian Baru.

Dalam buku tersebut, penulis menjelaskan sejarah ringkas bagaimana Perjanjian Baru ditulis. Intinya, Injil Perjanjian Baru baru ditulis pada abad ke-2 Masehi berdasarkan tradisi lisan (oral tradition). Nah, oleh karena Injil Perjanjian Baru baru ditulis sekitar satu abad setelah kematian Yesus, maka Injil Perjanjian Barui diragukan keotentikannya. Salah satu indikatornya, menurut penulis tsb terdapat sekitar 5000 manuskrip kuno  mengenai Injil Perjanjian Baru yang isinya berbeda satu sama lain, sehingga kita tidak bisa meyakini versi mana yang benar-benar berasal dari Tuhan.

Ada satu paragraph menarik yang merupakan kesimpulan dari penulis yang akan saya kutip di sini:

The Christian argument against the Noahide Code is that the Seven Laws of Noah are not found in the Christian Bible, but they are found only in the Talmud … The Christian criticism that the Talmud is simply orally transmitted teachings and rabbinic interpretations is illogical since the New Testament itself is essentially a “Christian Talmud” – a collection of oral transmissions written down by men who did not even know how to read the original Hebrew texts, and who falsified and corrupted the teachings they were transmitting. (The Noahide Code, p. 74-75)

Argumen orang-orang Kristen menentang Hukum Nabi Nuh adalah bahwa Tujuh Hukum Nabi Nuh tidak terdapat di dalam Alkitab Kristen, namun hanya dapat ditemukan di dalam Talmud. Kritik orang Kristen bahwa Talmud hanya merupakan tradisi lisan dan penafsiran para rabbi tidak logis karena Perjanjian Baru sendiri pun sebenarnya merupakan “Talmud Kristen” – suatu koleksi tradisi lisan yang ditulis oleh orang-orang yang bahkan tidak mengetahui teks Alkitab dalam bahasa Ibrani, dan mereka (penulis Kristen tsb) memalsukan dan mengkorupsi ajaran tersebut. (The Noahide Code halaman 74-75)

Membaca paragraph tersebut, saya langsung teringat kepada Al Quran Surah Al Baqarah ayat 113:
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya. (QS 2:113)

Orang-orang Yahudi menuduh bahwa orang-orang Kristen tidak mempunyai pegangan karena orang-orang Kristen percaya kepada Perjanjian Baru yang kebenarannya diragukan, karena Perjanjian Baru pada hakikatnya hanyalah tradisi lisan yang baru ditulis satu abad setelah kematian Yesus. Sedangkan orang-orang Kristen menuduh orang-orang Yahudi tidak mempunyai pegangan karena orang-orang Yahudi percaya kepada Talmud yang merupakan tradisi lisan dari para rabbi yang tidak dapat diyakini kebenarannya.

Wa Allahu a’lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gospel for the Gentiles

Dalam posting sebelumnya saya menyimpulkan bahwa Kitab Injil atau the Gospel sedianya ditujukan hanya untuk bangsa Yahudi saja. Bahkan, Injil yang asli kemungkinan ditulis dalam bahasa Ibrani, atau kalau menurut istilah Jerome disebut sebagai matthaei authenticum . Namun, karena sebagian besar bangsa Yahudi pada era Nabi Yesus menolak Yesus, maka kemudian kitab injil dialihkan kepada bangsa lain (bangsa gentiles ), dan kemudian Injil ditulis dalam bahasa gentiles , yakni bahasa Koine Greek. Lalu, karena Kitab Injil sudah diwariskan kepada bangsa gentiles, apakah berarti seluruh isi dari Kitab Injil itu harus juga dilaksanakan oleh pengikut Injil non-Yahudi alias pengikut Injil yang berasal dari bangsa gentiles ? Menurut saya tidak. Sebagian isi dari Kitab Injil tidak applicable bagi bangsa gentiles , contohnya seperti "You are the light of the World", tidak tepat kalau kata-kata ini ditujukan kepada bangsa gentiles. Atau contoh lainnya, "Jika kamu hanya memberi salam

Mengantisipasi Perubahan Zaman

Saya percaya bahwa suatu saat nanti Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan muncul ke bumi. Bahkan, saya pribadi percaya,  imho , bahwa Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan datang pada abad ini, yakni abad ke-21 Masehi (sebelum tahun 2099 M) dan abad ke-15 Hijriah (sebelum tahun 1499 H). (Btw, tulisan ini saya buat pada tanggal 29 Juni 2023 atau 10/11 Zulhijjah 1444 H). Dalilnya antara lain dari buku  Umur Umat Islam  yang pernah beredar sekitar 20 tahun yang lalu, yang kurang lebih memperkirakan bahwa umur umat Islam itu hanya satu setengah hari saja atau sekitar 1500 tahun. Wa Allahu a'lam. Namun, di sisi lain saya juga percaya bahwa sebelum Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, maka zaman akan berubah. Artinya, zaman ketika sang Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, yang menurut perkiraan saya tidak akan lebih dari 50 tahun lagi dari sekarang, keadaannya akan sangat berbeda dengan zaman saat ini (2023). Saya menduga bahwa ketika Imam Mahdi dan/atau sang Mesias datang maka pada

Pascal's Wager atau Pertaruhan Pascal

Pada abad ke-17 Masehi, Blaise Pascal merumuskan teorinya yang kelak di kemudian hari dikenal dengan nama Pascal's Wager atau Taruhan Pascal. Intinya kurang lebih semua orang harus bertaruh, apakah Tuhan itu ada atau Tuhan itu tidak ada (atheist). Menurut Pascal, akan jauh lebih aman bagi manusia jika kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada. Karena kalau kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada dan ternyata Tuhan itu benar-benar ada, maka kita akan selamat. Sebaliknya bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada namun ternyata Tuhan itu ada, maka celakalah si petaruh ini. Demikian juga jika skenarionya dibalik. Misalkan kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada namun ternyata Tuhan itu tidak ada, maka kita tidak rugi-rugi amat. Paling-paling kerugian kita hanyalah bahwa kita kehilangan kesempatan untuk hidup bermewah-mewah di dunia ini atau hedonisme. Begitu juga bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada dan ternyata Tuhan itu memang tidak ada, maka tidak ada keuntungan berarti bagi para