Langsung ke konten utama

Ayat yang overlooked

 "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur." (QS 76:2-3)

Pagi ini saya baru menyadari bahwa sepertinya saya telah melewatkan (overlooked) ayat penting di atas selama puluhan tahun. Padahal konon surah Al Insan merupakan salah satu surah yang sering dibaca oleh Rasulullah setiap subuh pada hari Jumat.

Selama puluhan tahun, di dalam benak pikiran saya selalu terbersit pertanyaan, kenapa Tuhan menciptakan manusia? Jika Tuhan memang menciptakan manusia (dan jinn) untuk menyembahnya, kenapa justru sebagian (besar) manusia tampaknya musyrik, tidak beriman alias kafir, atau kufur nikmat; dan hanya sedikit manusia yang bersyukur?

Mungkin jawabannya sudah ada di dalam surah Al Insan di atas, namun entah kenapa selama ini ayat tsb sepertinya terlewatkan oleh saya. Padahal surah tsb sudah menjelaskannya bahwa sejak awal Tuhan memang menciptakan manusia untuk mengujinya. Dan memang akan ada manusia yang bersyukur dan ada manusia yang kafir. 

Barangkali memang ujian pamungkas (the ultimate test) sekaligus tujuan akhir hidup manusia adalah untuk menemukan alasan dan cara untuk bersyukur kepada Tuhan. Namun, yang banyak terjadi adalah manusia seringkali tidak dapat melihat nikmat Tuhan yang diberikan kepada kita. Banyak sekali ayat Quran yang menyatakan bahwa hanya sedikit saja manusia yang pandai bersyukur (ref: 2:243, 7:10, 7:17, 10:60, 12:38, 23:78,  27:73, 32: 9, 34:13, 40:61, 67:23). Atau kalau kata orang Yahudi di masa lampau, hati kami telah tertutup. Padahal, tampaknya bersyukur kepada Tuhanlah yang seharusnya menjadi tujuan akhir hidup manusia sebagaimana seringkali diulang-ulang di dalam Kitab Mazmur/Psalms (e.g. 106:1, 107:1, 118:1, dan sebagainya, serta terutama 117:1 dan 150:6). Catatan: dalam 117: 1 kata yang digunakan adalah kol ghoyim atau segala bangsa (khususnya gentiles). Sedangkan ayat 150:6 bahkan dikatakan "segala yang bernafas" yang berarti bukan hanya terbatas pada umat manusia saja. 

Nampaknya, bersyukur merupakan suatu hal yang sangat sulit dilakukan oleh sebagian manusia. Bahkan sekelas Nabi Sulaiman pun, yang notabene merupakan manusia paling kaya dan paling berkuasa pada zamannya sampai berdoa kepada Tuhan agar beliau diberikan ilham oleh Tuhan untuk bersyukur kepadanya. Barangkali, the ultimate mission dari umat manusia adalah untuk mengakui bahwa semua ciptaan Allah ini, khususnya umat manusia, tidaklah sia-sia (QS 3:191). Bahkan sebaliknya, semua yang Allah ciptakan, terutama pada hari ke-enam -yakni manusia- bukan hanya sekedar baik, namun lebih dari itu, ia adalah sesuatu yang sangat baik (Kejadian 1:31).

Wa Allahu a'lam.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gospel for the Gentiles

Dalam posting sebelumnya saya menyimpulkan bahwa Kitab Injil atau the Gospel sedianya ditujukan hanya untuk bangsa Yahudi saja. Bahkan, Injil yang asli kemungkinan ditulis dalam bahasa Ibrani, atau kalau menurut istilah Jerome disebut sebagai matthaei authenticum . Namun, karena sebagian besar bangsa Yahudi pada era Nabi Yesus menolak Yesus, maka kemudian kitab injil dialihkan kepada bangsa lain (bangsa gentiles ), dan kemudian Injil ditulis dalam bahasa gentiles , yakni bahasa Koine Greek. Lalu, karena Kitab Injil sudah diwariskan kepada bangsa gentiles, apakah berarti seluruh isi dari Kitab Injil itu harus juga dilaksanakan oleh pengikut Injil non-Yahudi alias pengikut Injil yang berasal dari bangsa gentiles ? Menurut saya tidak. Sebagian isi dari Kitab Injil tidak applicable bagi bangsa gentiles , contohnya seperti "You are the light of the World", tidak tepat kalau kata-kata ini ditujukan kepada bangsa gentiles. Atau contoh lainnya, "Jika kamu hanya memberi salam

Mengantisipasi Perubahan Zaman

Saya percaya bahwa suatu saat nanti Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan muncul ke bumi. Bahkan, saya pribadi percaya,  imho , bahwa Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan datang pada abad ini, yakni abad ke-21 Masehi (sebelum tahun 2099 M) dan abad ke-15 Hijriah (sebelum tahun 1499 H). (Btw, tulisan ini saya buat pada tanggal 29 Juni 2023 atau 10/11 Zulhijjah 1444 H). Dalilnya antara lain dari buku  Umur Umat Islam  yang pernah beredar sekitar 20 tahun yang lalu, yang kurang lebih memperkirakan bahwa umur umat Islam itu hanya satu setengah hari saja atau sekitar 1500 tahun. Wa Allahu a'lam. Namun, di sisi lain saya juga percaya bahwa sebelum Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, maka zaman akan berubah. Artinya, zaman ketika sang Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, yang menurut perkiraan saya tidak akan lebih dari 50 tahun lagi dari sekarang, keadaannya akan sangat berbeda dengan zaman saat ini (2023). Saya menduga bahwa ketika Imam Mahdi dan/atau sang Mesias datang maka pada

Pascal's Wager atau Pertaruhan Pascal

Pada abad ke-17 Masehi, Blaise Pascal merumuskan teorinya yang kelak di kemudian hari dikenal dengan nama Pascal's Wager atau Taruhan Pascal. Intinya kurang lebih semua orang harus bertaruh, apakah Tuhan itu ada atau Tuhan itu tidak ada (atheist). Menurut Pascal, akan jauh lebih aman bagi manusia jika kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada. Karena kalau kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada dan ternyata Tuhan itu benar-benar ada, maka kita akan selamat. Sebaliknya bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada namun ternyata Tuhan itu ada, maka celakalah si petaruh ini. Demikian juga jika skenarionya dibalik. Misalkan kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada namun ternyata Tuhan itu tidak ada, maka kita tidak rugi-rugi amat. Paling-paling kerugian kita hanyalah bahwa kita kehilangan kesempatan untuk hidup bermewah-mewah di dunia ini atau hedonisme. Begitu juga bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada dan ternyata Tuhan itu memang tidak ada, maka tidak ada keuntungan berarti bagi para