Langsung ke konten utama

Injil dan Quran: Dua Kitab untuk Umat Manusia

Semenjak Nabi Musa diutus kepada Firaun dan kepada bani Israel hingga masa Muhammad, terdapat sejumlah kitab yang Allah turunkan. Kitab-kitab tersebut antara lain Kitab Musa yang tertulis dalam loh-loh batu (The Ten Commandments), Taurat, Kitab Nabi-Nabi (Nevi'im), Mazmur (Zabur), Injil, dan Al Quran. Namun dari sekian banyak kitab suci tersebut, menurut saya hanya dua kitab saja yang diturunkan untuk seluruh umat manusia, dan bukan hanya diturunkan untuk sekelompok golongan saja. Kedua kitab yang saya maksud tersebut adalah kitab Injil dan Al Quran.

Dalam kitab Taurat, terdapat sejumlah perintah yang menyatakan bahwa perintah tsb hanya ditujukan kepada bani Israel saja ("Katakanlah kepada bani Israel ..."). Demikian juga dalam kitab nabi-nabi (Nevi'im) terdapat nubuat-nubuat yang khusus ditujukan untuk bani Israel. Apalagi di dalam Kitab Musa terdapat perintah khusus yang hanya mengikat bani Israel saja, salah satunya adalah perintah untuk menguduskan Hari Sabtu 

Demikian juga Al Quran  dalam beberapa ayatnya menyatakan bahwa Taurat itu diturunkan untuk bani Israel. Sehingga agak sulit bagi saya untuk menerima bahwa Kitab Taurat itu diturunkan untuk semua manusia (walaupun saya pribadi menganggap diri saya sebagai bnei noach, sementara umat Israel sebagai bangsa terpilih/the chosen people).

Sedangkan Al Quran diturunkan untuk seluruh umat manusia. Hal ini dinyatakan dalam beberapa ayatnya. Demikian juga dengan Nabi Muhammad yang diutus untuk seluruh umat manusia, bahkan termasuk kepada bangsa jinn.

Bagaimana dengan Injil, apakah Injil diturunkan untuk seluruh umat manusia? Kalau kita membaca Injil Matius dan juga Al Quran, kita mendapatkan kesan bahwa Nabi Isa itu sejatinya diutus hanya kepada bani Israel saja, setidaknya pada awal masa kenabian Isa. Namun, pada akhir-akhir kitab Injil ada tertulis bahwa Injil itu harus diberitakan kepada semua makhluk (ref Markus 16:15, Mark 13:10, Mat 24:14, 28:19). Kenapa bisa berbeda antara awal dengan akhir Injil? Karena mayoritas orang Yahudi pada zaman tersebut menolak atau mengingkari Nabi Isa. Sehingga kemudian ditetapkan bahwa "kerajaan ini akan diambil dari bangsa Israel dan diberikan kepada bangsa lain (gentiles?) yang akan menghasilkan buah kerajaan tersebut" (Replacement Theology?)*. Hal ini mungkin bisa menjelaskan mengapa naskah kitab injil tertua yang bisa ditemukan saat ini berbahasa Koine Greek, bukan bahasa Ibrani. Padahal Nabi Isa berbahasa Ibrani (atau Aramaic) sehingga kitab suci Injil yang asli seharusnya berbahasa Ibrani (Hebrew Gospel atau Matthaei authenticum?). Karena bangsa Israel menolak Injil, maka kitab Injil dialihkan kepada bangsa lain dengan bahasa lain.

Lalu bagaimana pandangan Al Quran terhadap Injil? Tidak banyak ayat Quran yang menjelaskan tentang Injil. Namun, salah satu ayat Quran yang berbicara tentang Injil ada di dalam surah Al Maaidah ayat 46 dan 47. Dalam ayat 46 dikatakan bahwa Injil itu sebagai petunjuk dan cahaya (huda wa nuur) ... dan hudaw wa mawizhotal lil muttaqiin (QS 5:46). (Apakah kitab Injil inikah yang dimaksud sebagai "Kitab Itu" dalam QS 2:2?). Sedangkan pada ayat setelahnya tertulis "Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya" (QS 5:47). Yang menarik dalam ayat 47 ini adalah bahwa dalam ayat ini terdapat frase Ahli Injil, yang artinya bahwa kitab Injil dapat digunakan sebagai pedoman dalam memutuskan perkara untuk para pengikutnya.  Ahli Injil ini seolah-olah seperti umat tersendiri, bukan umat Israel, dan bukan juga umat Islam. Namun, Ahli Injil ini tidak identik dengan umat Kristen (panjang penjelasannya).

Ayat lain yang berbicara tentang Injil ada di dalam surah Al Imran ayat 3-4 sbb: "Dia menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) yang mengandung kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelumnya, sebagai petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al-Furqan. Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh azab yang berat..." (QS 3:3-4).

Ayat yang saya bold seolah menyatakan bahwa kitab Injil diturunkan untuk seluruh manusia, bukan untuk bani Israel saja. Beberapa tahun yang lalu, di situs forum myquran terdapat seorang ahli logika yang kira-kira menyatakan bahwa ketika terdapat beberapa objek yang disebutkan kemudian terdapat satu kata keterangan atau kata sifat yang menjelaskan objek tersebut, maka menurut si ahli logika ini kata keterangan atau kata sifat tsb menerangkan objek terakhir yang disebut, bukan objek sebelumnya. (Saya pribadi pernah berdebat dengan si ahli logika ini, namun sangat sulit bagi saya untuk membantah argumennya). Kalau si ahli logika tersebut benar, maka keterangan petunjuk bagi manusia (hudallinnaas) dalam QS 3:4 tsb merujuk kepada kitab Injil, bukan kepada kitab Taurat atau Quran. Wa Allahu a'lam.

Dari dua ayat tersebut di atas, saya berkesimpulan bahwa kitab Injil dan Al Quran keduanya diturunkan untuk seluruh umat manusia. Mungkin itu sebabnya di dalam tafsir Qurthubi dalam surah Al Imran ayat 3 terdapat riwayat bahwa di akhir zaman kelak akan ada umat akhir zaman yang menghafal Injil.

Kemungkinan, Injil dan Al Quran inilah yang diingkari oleh orang kafir Quraisy yang mereka cap sebagai "dua sihir yang bantu membantu" dalam QS 28:48.




Dalam tafsir Thabari maupun Qurthubi, terdapat ahli tafsir yang menafsirkan kedua sihir dalam QS 28:48 (maupun dua kitab dalam QS 28:49), sebagai Injil dan Al Quran (atau Nabi Isa dan Nabi Muhammad). Namun perlu saya sebutkan bahwa ini bukanlah satu-satunya penafsiran karena ada juga penafsir lain yang menginterpretasikan dua sihir tsb sebagai Taurat dan Al Quran atau Taurat dan Injil. Namun, menurut saya jika kedua sihir atau kedua kitab tsb ditafsirkan sebagai Injil dan Al Quran merupakan penafsiran yang cukup masuk akal. 

'Datangkanlah olehmu sebuah Kitab dari sisi Allah yang lebih dapat memberi petunjuk daripada keduanya (Injil dan Quran) niscaya aku akan mengikutinya' (QS 28:49). 
Ayat ini bagi saya seolah-olah merupakan suatu clue bagi orang beriman untuk beriman kepada Injil dan Al Quran. Beriman di sini bukan hanya sekedar percaya bahwa kedua kitab tsb benar diturunkan dari Allah SWT, namun beriman di sini juga berarti membacanya, mempelajarinya, serta mengamalkan apa yang terkandung di dalam keduanya.

Catatan:
Kitab Injil yang saya maksudkan dalam tulisan ini adalah Injil Lukas (The Gospel of Luke). Hal ini pernah saya uraikan dalam tulisan saya yang lain di blog saya yang lain. Sedangkan kandidat lainnya adalah the Gospel of Q atau Injil Q.

Dalam salah satu hadits disebutkan, dari 'Ubadah radhiallahu'anhu, dari Nabi ï·º, beliau bersabda, "Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata yang tak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya, serta bahwa 'Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya dan firman-Nya yang diberikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, surga itu benar adanya dan neraka pun juga benar adanya, maka Allah akan memasukkan orang tersebut ke dalam surga...."
Hadits lain menyatakan, "Bagaimana pendapatmu jika Nabi Isa turun di tengah-tengah kalian dan menjadi imam bagi kalian (wa ammakum minkum)?"

Kedua hadits di atas sangat menarik karena berdasarkan hadits ini, umat akhir zaman harus beriman kepada dua Nabi sekaligus, yakni Nabi Muhammad dan Nabi Isa bin Maryam.

* Saya punya dugaan liar bahwa nubuat dalam awal surah Al Israa bahwa bani Israil akan membuat kerusakan dua kali akan dihukum dengan replacement theology yang juga sebanyak dua kali. Dua kali replacement tersebut adalah kitab Injil dan Al Quran. Terus terang nubuat tersebut sulit untuk diinterpretasikan, terutama Al Israa ayat ke-6:
 "Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka, Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar." (QS 17:6)

Kapankah bangsa Israel mengalahkan bangsa Babilonia? Ini penafsiran yang sulit dicocokkan dengan fakta sejarah.
Saya punya dugaan liar bahwa "hukuman" pertama bagi bani Israel (agama Judaisme) adalah mereka dikalahkan oleh orang-orang Kristen, terutama pada abad pertama hingga abad ketiga Masehi. Ketika itu, saya membayangkan bahwa kitab suci yang paling populer adalah Kitab Perjanjian Baru (the New Testament) yang menggusur kitab Tanakh (Perjanjian Lama) sebagai kitab suci yang paling banyak beredar di masyarakat. Contohnya adalah kitab sucinya Marcion (tokoh Kristen di abad kedua Masehi) yang hanya terdiri dari Injil Lukas dan beberapa surat Paulus. Saya membayangkan bahwa pada masa itu banyak orang Kristen generasi perdana yang kitab sucinya serupa dengan Marcion and the Gank, yaitu hanya terdiri dari kitab-kitab dalam Perjanjian Baru. Karena orang Kristen merasa bahwa mereka sudah tidak terikat lagi dengan Perjanjian Lama, maka tidak ada gunanya bagi mereka untuk memuat kitab Perjanjian Lama dalam canon mereka. Nah, saya menduga bahwa pada abad pertama hingga abad ketiga masehi tersebut kitab suci yang paling populer adalah the New Testament-nya orang Kristen (serupa dengan Marcion's canon). Ini terjadi sampai dengan peristiwa Nicene Creed. Atau mungkin juga sampai dengan ketika orang Kristen memformulakan kanon Alkitab dengan memasukkan Perjanjian Lama dalam Kitab Suci mereka pada abad ke-4 atau abad ke-5 masehi. Mungkin inilah yang dimaksud dengan ayat ke-6 surah Al Isra dimana dikatakan bahwa Allah menjadikan bangsa Israel sebagai kelompok yang lebih besar, karena dengan bantuan orang Kristen pada abad keempat atau abad kelima masehi maka kitab Perjanjian Lama (Tanakh) menjadi tersebar ke seluruh dunia sehingga sejak saat itu kitab Tanakh (Perjanjian Lama) kembali menjadi kitab suci paling populer di dunia.

** Edited 8 Desember 2022
Atau kemungkinan lain, "replacement theology" yang pertama terjadi ketika pada beberapa abad awal pertumbuhan umat Kristen, dimana umat Kristen memiliki Kitab Suci atau the Bible yang bersumber dari Septuagint atau LXX yang berbahasa Yunani. Di kala itu, Septuagint atau LXX jauh lebih populer ketimbang Tanakh-nya umat Yahudi yang berbahasa Ibrani, yang kemudian kelak dikenal dengan istilah Masoretic Text. Namun, pada abad pertengahan, entah kenapa kemudian Gereja Katolik yang tadinya berpegang pada Septuagint atau LXX, entah kenapa kemudian beralih kepada Masoretic Text yang berbahasa Ibrani. Nah, ketika Gereja Katolik mengalihkan Kitab Suci mereka dari LXX ke MT, mungkin itulah yang dimaksud bahwa Allah memberikan giliran untuk umat Israel untuk mengalahkan umat Kristen. Karena sejak saat itu, kitab suci yang berbahasa ibrani (atau Tanakh versi Masoretic Text) kembali populer, dan kemudian mengalahkan kepopuleran LXX. (btw, saat ini hanya sedikit saja komunitas kristen yang masih berpegang pada LXX, diantaranya Kristen Orthodox.

*** Edited 2 Januari 2024
Kitab Injil ini mungkin nampaknya yang dimaksud sebagai kitab yang diwariskan dalam QS Fathir 32. Terdapat tiga golongan dalam menerima kitab warisan ini (yakni Kitab Injil). Pertama golongan yang menganiaya diri mereka sendiri (atau kafir kepadanya), adalah mereka yang menerima kitab warisan ini namun mereka sama sekali tidak mau menjalankannya, atau kalau dalam surah Al Waqiah disebut sebagai golongan kiri. Kedua, golongan pertengahan, yang saya interpretasikan sebagai golongan yang menjalankan sebagian perintah di dalam Injil sesuai dengan kemampuannya (ref QS 64:16), atau kalau dalam surah Al Waqiah disebut sebagai golongan kanan. Kemudian golongan ketiga adalah golongan yang bersegera dalam kebaikan alias menegakkan seluruh ajaran yang ada di dalam Kitab Injil, atau kalau dalam surah Al Waqiah disebut sebagai assabiqunassabiqun.
 

Wa Allahu a'lam




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gospel for the Gentiles

Dalam posting sebelumnya saya menyimpulkan bahwa Kitab Injil atau the Gospel sedianya ditujukan hanya untuk bangsa Yahudi saja. Bahkan, Injil yang asli kemungkinan ditulis dalam bahasa Ibrani, atau kalau menurut istilah Jerome disebut sebagai matthaei authenticum . Namun, karena sebagian besar bangsa Yahudi pada era Nabi Yesus menolak Yesus, maka kemudian kitab injil dialihkan kepada bangsa lain (bangsa gentiles ), dan kemudian Injil ditulis dalam bahasa gentiles , yakni bahasa Koine Greek. Lalu, karena Kitab Injil sudah diwariskan kepada bangsa gentiles, apakah berarti seluruh isi dari Kitab Injil itu harus juga dilaksanakan oleh pengikut Injil non-Yahudi alias pengikut Injil yang berasal dari bangsa gentiles ? Menurut saya tidak. Sebagian isi dari Kitab Injil tidak applicable bagi bangsa gentiles , contohnya seperti "You are the light of the World", tidak tepat kalau kata-kata ini ditujukan kepada bangsa gentiles. Atau contoh lainnya, "Jika kamu hanya memberi salam

Mengantisipasi Perubahan Zaman

Saya percaya bahwa suatu saat nanti Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan muncul ke bumi. Bahkan, saya pribadi percaya,  imho , bahwa Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan datang pada abad ini, yakni abad ke-21 Masehi (sebelum tahun 2099 M) dan abad ke-15 Hijriah (sebelum tahun 1499 H). (Btw, tulisan ini saya buat pada tanggal 29 Juni 2023 atau 10/11 Zulhijjah 1444 H). Dalilnya antara lain dari buku  Umur Umat Islam  yang pernah beredar sekitar 20 tahun yang lalu, yang kurang lebih memperkirakan bahwa umur umat Islam itu hanya satu setengah hari saja atau sekitar 1500 tahun. Wa Allahu a'lam. Namun, di sisi lain saya juga percaya bahwa sebelum Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, maka zaman akan berubah. Artinya, zaman ketika sang Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, yang menurut perkiraan saya tidak akan lebih dari 50 tahun lagi dari sekarang, keadaannya akan sangat berbeda dengan zaman saat ini (2023). Saya menduga bahwa ketika Imam Mahdi dan/atau sang Mesias datang maka pada

Pascal's Wager atau Pertaruhan Pascal

Pada abad ke-17 Masehi, Blaise Pascal merumuskan teorinya yang kelak di kemudian hari dikenal dengan nama Pascal's Wager atau Taruhan Pascal. Intinya kurang lebih semua orang harus bertaruh, apakah Tuhan itu ada atau Tuhan itu tidak ada (atheist). Menurut Pascal, akan jauh lebih aman bagi manusia jika kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada. Karena kalau kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada dan ternyata Tuhan itu benar-benar ada, maka kita akan selamat. Sebaliknya bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada namun ternyata Tuhan itu ada, maka celakalah si petaruh ini. Demikian juga jika skenarionya dibalik. Misalkan kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada namun ternyata Tuhan itu tidak ada, maka kita tidak rugi-rugi amat. Paling-paling kerugian kita hanyalah bahwa kita kehilangan kesempatan untuk hidup bermewah-mewah di dunia ini atau hedonisme. Begitu juga bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada dan ternyata Tuhan itu memang tidak ada, maka tidak ada keuntungan berarti bagi para