Langsung ke konten utama

Menjadi Ummatan Wasathan: Umat Pertengahan atawa Moderat

Setelah belasan tahun saya membaca dan mempelajari Kitab Injil dengan berbagai variasinya mulai dari Injil Perjanjian Baru, Injil Thomas, Injil Q, Injil Ibrani atau Hebrew Matthew, dan yang terakhir Injil Marcion, saya mendapatkan kesimpulan bahwa Kitab Injil tidak ditujukan untuk saya, dan barangkali juga tidak diperuntukkan untuk bangsa non-Israel atau bangsa gentiles seperti kita pada umumnya. Terdapat beberapa clue bahwa kitab Injil tidak ditujukan untuk bangsa gentiles, namun ia diperuntukkan untuk bangsa Yahudi atau bangsa Israel.

Beberapa petunjuk bahwa Injil itu sebenarnya ditujukan untuk bani Israel adalah sebagai berikut:

1. Di dalam Al Quran, Nabi Isa menyatakan bahwa beliau diutus untuk bani Israel. (ref QS 61:6, dan 43:59). Hal senada juga terdapat dalam Injil Matius. (ref: Mat 15:24).

2. Yesus melarang murid-muridnya untuk berdakwah kepada bangsa gentiles (Mat 10:5)

3. Dalam Injil Matius, Yesus mengatakan kepada para pendengarnya (yang dapat diasumsikan adalah orang-orang Yahudi), "You are the light of the world", 'Kamu adalah terang dunia'. Kata-kata ini sebenarnya mengacu kepada Kitab Yesaya pasal 42 dan 49, yang diyakini oleh sebagian Yahudi bahwa bangsa merekalah yang dimaksud sebagai "terang dunia" yang akan menyinari bangsa gentiles

4. Dalam Kotbah di Bukit, Yesus mengatakan, "jika kamu hanya memberi salam kepada saudaramu saja, maka apakah jasamu? Bukankah bangsa gentiles pun juga berbuat demikian?" (Mat 5:47). Pernyataan ini hanya akan masuk akal jika ayat ini ditujukan untuk bangsa Yahudi.

5. Dalam doa Bapa Kami, Yesus mengajarkan para pengikutnya untuk menyebut Tuhan dengan istilah "Bapa", suatu istilah yang alien bagi kita orang-orang non-Yahudi. Rasanya hubungan kita dengan Tuhan tidak pernah seintim itu (seperti antara anak dengan ayahnya).

Karena pada dasarnya Injil merupakan level advanced yang ditujukan untuk bangsa Yahudi, dimana para pengikut Injil sebenarnya diharapkan sudah meng-khatam-kan Kitab Taurat (dan tetap berpegang teguh pada Kitab Taurat), maka tidak heran jika di dalam Injil terdapat perintah-perintah "ekstrim" yang ditujukan untuk orang-orang dengan level keimanan yang sangat tinggi. Beberapa contoh perintah ekstrim yang hanya dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang memiliki iman dengan level sangat tinggi antara lain:

1. Menerapkan pola hidup zuhud atau sangat sederhana (baca: miskin) dan menjauhi bahkan mencela kekayaan. (ref Lukas Pasal 6:20-25). Contohnya adalah seperti Abu Dzar Al Ghifari sahabat Nabi. Abu Dzar bukan hanya miskin, namun beliau juga mengkritik dan mencela orang-orang yang menumpuk kekayaan seperti Muawiyah bin Abu Sufyan. Oleh karena itu beliau akhirnya dibuang ke tempat terpencil bernama Rabadzah, sampai akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhirnya di situ.

2. Mengasihi musuh kita, mendoakan orang yang menyakiti kita, dan memberkati orang yang mengutuk kita. Contohnya seperti Nabi Muhammad yang menjenguk orang yang biasa menghina beliau ketika orang ini sakit 

3. Menjual seluruh harta kita kemudian memberikannya kepada orang miskin. Contohnya seperti Abu Dzar yang pada suatu ketika pernah mendapatkan uang seribu dinar, kemudian uang tersebut oleh Abu Dzar langsung dibagi-bagikan kepada orang miskin, gak pake lama. Contoh lain adalah Abu Bakar.

4. Meninggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus. Termasuk meninggalkan orang tua dan anak.

Perintah yang ada di dalam Injil tersebut adalah contoh perintah ekstrim yang hanya dapat dilakukan oleh orang dengan level keimanan yang sangat tinggi seperti Abu Dzar atau Nabi Muhammad himself. Sedangkan orang biasa atau sebagian besar orang yang imannya sedang-sedang saja tidak akan mampu atau mau menjalankan perintah tersebut. 

Namun demikian, bukan berarti bahwa seluruh perintah yang ada di dalam Kitab Injil itu adalah perintah ekstrim, karena ada juga perintah di dalam Injil yang moderat alias bisa dijalankan oleh siapapun yang bukan penganut Kristen. Contoh perintah di dalam Injil yang "moderat" antara lain larangan untuk menghakimi sesama manusia (Don't judge, and you won't be judged, don't condemn and you won't be condemned, forgive and you will be forgiven, give and it will be given to you).

Setelah saya mempelajari Injil dan mendapatkan perintah-perintah "ekstrim" di dalam Injil tersebut saya menarik kesimpulan bahwa Injil bukanlah kitab untuk orang kebanyakan. Nampaknya Kitab Injil kurang cocok untuk orang kebanyakan dengan level iman yang sedang-sedang saja atau biasa-biasa saja. Orang yang imannya sedang-sedang saja membutuhkan perintah agama yang lebih moderat, dan ini sudah ada pada sebagian ayat Al Quran.

Namun, dengan memahami Injil, saya merasa bisa memahami posisi umat-umat agama Abraham, yaitu Yahudi, Nasrani, Mukmin, dan Shabi'in (the Noahides?). Di posisi pertama terdapat umat Yahudi yang terkenal dengan 613 mitzvotnya, antara lain larangan untuk memakan unta, kelinci, kepiting, cumi-cumi, udang, ikan lele, ikan patin, dan lain sebagainya. Kemudian di urutan kedua ada umat Nasrani dengan perintah ekstrimnya seperti menjual seluruh harta dan memberikannya kepada orang miskin, hidup miskin, memberkati orang yang mencaci maki kita, dan lain sebagainya. (Atau mungkin juga posisinya terbalik: umat Nasrani yang menegakkan ajaran Taurat dan Injil di urutan pertama, sedangkan umat Yahudi yang "hanya" menegakkan ajaran Taurat (tanpa Injil) berada di posisi kedua). Kemudian selanjutnya ada kita, umat muslim pada umumnya, yang berada di posisi tengah-tengah. Selain muslim, ada juga Shabi'in atau Shabi'un (atau the Noahides) yang juga berada di posisi tengah. Di bawah kita adalah orang kafir, orang fasik, dan munafik, yang berada di posisi paling bawah. Dalam surah Al Waqiah, ketiga posisi ini dideskripsikan sebagai assabiqunassabiqun, golongan kanan, dan golongan kiri. Sedangkan dalam Surah Fathir ayat 32, ketiga golongan ini disebut sebagai orang yang menganiaya diri sendiri, golongan pertengahan (that's us), dan golongan yang bersegera dalam kebaikan.

Justru dengan membaca Injil, saya merasa semakin yakin dengan posisi umat Islam yang oleh Al Quran disebut sebagai umat pertengahan atau moderat, atau dalam bahasa Arabnya ummatan wasathan (Al Baqarah 143), atau bisa juga qashad atau muqtashid (ref 35:32). Dalam salah satu penafsiran mengenai surah Fathir ayat ke-32, disebutkan bahwa orang yang menganiaya diri sendiri adalah golongan kiri dalam surah Al Waqiah, sedangkan yang pertengahan adalah golongan kanan, sedangkan yang paling bersegera dalam berbuat kebaikan adalah golongan assabiqunassabiqun. Dengan demikian terdapat satu golongan yang akan masuk neraka (golongan kiri) dan dua golongan yang masuk surga (golongan kanan dan assabiqun). Jika kebanyakan umat Islam termasuk golongan kanan (umat pertengahan) yang posisinya masih kalah dengan golongan assabiqun, lalu siapakah golongan yang paling tinggi tersebut? Dugaan saya, tidak lain dan tidak bukan adalah umat sebelum kita, yakni Yahudi dan Nasrani yang sholeh atau tzedek/tzadik (righteous)

Saya juga menduga bahwa umat pertengahan ini (sebagian umat Islam) adalah selain sebagai golongan kanan, maka ia jugalah yang dimaksud sebagai penghuni Al A'raf. Dalam surah Al A'raf digambarkan bahwa kelak di akhirat akan terdapat para penghuni Al A'raf yang posisinya berada di tempat tinggi di antara surga dan neraka. Para penghuni A'raf ini belum masuk ke dalam surga, namun mereka sangat ingin untuk dapat masuk ke dalam surga. Kemungkinan, sebagian dari mereka adalah yang dimaksud sebagai "orang kaya" yang baru akan masuk surga sekitar setengah hari setelah orang miskin masuk surga (jedanya sekitar 500 tahun). 

Kalau semua dugaan ini benar, maka segalanya akan menjadi masuk akal bagi saya. Untuk orang-orang istimewa diberikan kewajiban khusus yang jika mereka berhasil menjalankannya maka mereka akan mendapatkan pahala terbaik. Untuk orang-orang biasa atau orang kebanyakan pada umumnya diberikan kewajiban yang wajar-wajar saja atau moderat, dan jika mereka berhasil menjalankannya maka mereka pun akan masuk surga, walaupun mungkin bukan surga terbaik, dan masuknya pun juga tidak sesegera golongan terbaik. Ini sebagaimana dinyatakan dalam surah Al Waqiah, dimana hanya segelintir saja dari golongan assabiqun yang berasal dari kalangan umat Nabi Muhammad, sedangkan kebanyakan assabiqun berasal dari umat terdahulu. Sedangkan umat Islam kebanyakan termasuk ke dalam golongan kanan. 

Moderatnya perintah dan larangan dalam agama Islam sejalan dengan doa kita dalam surah Al Baqarah ayat terakhir, dimana kaum mukmin berdoa agar kita tidak diberikan beban seberat beban yang diberikan kepada orang-orang terdahulu. Konsekuensi logisnya, mungkin pahala yang akan kita terima pun tidak setinggi pahala yang diberikan kepada umat terdahulu, wa Allahu a'lam. 

Saya kira, seluruh muslim perlu mengetahui posisi pertengahan umat Islam ini. Artinya, kita mesti sadar dan tahu diri bahwa barangkali masih ada umat lain selain kita yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan kita. Ini sekaligus agar tidak ada sedikitpun sikap arogan atau takabur dalam hati kita, atau kita merasa bahwa kita adalah umat terbaik (padahal belum tentu), atau bahwa kitalah satu-satunya umat yang akan masuk surga, sedangkan selain kita akan masuk neraka, karena bagaimanapun kita tidak boleh menghakimi sesama manusia. Bagaimanapun, surga dan neraka adalah hak prerogatif Allah. Maka biarlah Allah yang akan menghakimi kita dan juga menghakimi umat lain. 

"Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan" (Al Maaidah 48)

Jadi, walaupun setelah mempelajari Injil saya merasa bahwa tidak semua perintah yang ada di dalam Injil bisa saya terapkan di dalam kehidupan sehari-hari, namun saya sama sekali tidak merasa menyesal bahwa saya telah mempelajari Injil. Bahkan saya merasa bersyukur karena saya merasa keimanan saya semakin kuat dengan mempelajari Injil. Walaupun tidak semua perintah di dalam Injil bisa saya terapkan, namun masih terdapat sejumlah perumpamaan yang masih bisa saya ambil pelajaran darinya, misalnya The Parable of the Rich Fool, kisah seorang ahli ibadah dan seorang pemungut pajak, perumpamaan tentang perjamuan makan, dan lain sebagainya. Atau perintah-perintah moderat seperti don't judge, ask and it will be given to you, seek and you will fine, jangan menyembah mammon, dan lain sebagainya.

Pada akhirnya, pengalaman saya mempelajari Injil adalah serupa dengan kisah pedagang keliling dari Swaffham, Norfolk, yang bermimpi bahwa ia akan mendapatkan harta karun yang sangat berharga jika ia pergi London Bridge. Namun ternyata ketika ia pergi ke jembatan London tersebut, ia hanya mendapati seorang pemilik toko yang bercerita bahwa terdapat harta karun yang sangat berharga yang tersembunyi di dalam tanah di dekat sebuah pohon milik seorang pedagang keliling di Swaffham. Si pedagang langsung menyadari bahwa pohon yang dimaksud oleh si pemilik toko sebenarnya adalah pohon milik di pedagang itu sendiri, maka ia segera bergegas pulang ke Swaffham untuk membuktikan kebenaran tersebut, dan ternyata memang benar terdapat harta karun yang bernilai tinggi yang ternyata selama ini tersembunyi di bawah pohon di belakang rumahnya sendiri.

Kesimpulan yang saya peroleh dalam mengaplikasikan kitab Injil dalam kehidupan kita sehari-hari adalah kita bersikap moderat atau tidak berlebih-lebihan dalam beragama. Kita ada di posisi pertengahan di antara dua posisi ekstrim, yakni mengingkari Injil pada posisi ekstrim yang satu, dan menerapkan seluruh ajaran Injil sepenuhnya termasuk menjalankan perintah yang super berat pada posisi ekstrim lainnya. Posisi kita ada di tengah-tengah antara keduanya, atau kalau dalam bahasa Arabnya wasathan atau muqtashid. Kita menjalankan ajaran Injil sesuai dengan kemampuan kita, mana yang bisa kita terapkan akan kita terapkan, sedangkan yang kita anggap terlalu berat maka bisa kita skip dulu. Atau dengan kata lain, walaupun kita beriman kepada Injil, namun kita tidak mengaplikasikan seluruh ajarannya dalam kehidupan kita, melainkan kita hanya menjalankan perintah-perintah moderat saja yang ada di dalam Injil (tidak termasuk perintah yang sulit dilaksanakan atau ekstrim). Intinya kita bertakwa kepada Allah sesuai dengan kemampuan kita masing-masing (QS At Taghabun 16)


Wa Allahu a'lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gospel for the Gentiles

Dalam posting sebelumnya saya menyimpulkan bahwa Kitab Injil atau the Gospel sedianya ditujukan hanya untuk bangsa Yahudi saja. Bahkan, Injil yang asli kemungkinan ditulis dalam bahasa Ibrani, atau kalau menurut istilah Jerome disebut sebagai matthaei authenticum . Namun, karena sebagian besar bangsa Yahudi pada era Nabi Yesus menolak Yesus, maka kemudian kitab injil dialihkan kepada bangsa lain (bangsa gentiles ), dan kemudian Injil ditulis dalam bahasa gentiles , yakni bahasa Koine Greek. Lalu, karena Kitab Injil sudah diwariskan kepada bangsa gentiles, apakah berarti seluruh isi dari Kitab Injil itu harus juga dilaksanakan oleh pengikut Injil non-Yahudi alias pengikut Injil yang berasal dari bangsa gentiles ? Menurut saya tidak. Sebagian isi dari Kitab Injil tidak applicable bagi bangsa gentiles , contohnya seperti "You are the light of the World", tidak tepat kalau kata-kata ini ditujukan kepada bangsa gentiles. Atau contoh lainnya, "Jika kamu hanya memberi salam

Mengantisipasi Perubahan Zaman

Saya percaya bahwa suatu saat nanti Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan muncul ke bumi. Bahkan, saya pribadi percaya,  imho , bahwa Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan datang pada abad ini, yakni abad ke-21 Masehi (sebelum tahun 2099 M) dan abad ke-15 Hijriah (sebelum tahun 1499 H). (Btw, tulisan ini saya buat pada tanggal 29 Juni 2023 atau 10/11 Zulhijjah 1444 H). Dalilnya antara lain dari buku  Umur Umat Islam  yang pernah beredar sekitar 20 tahun yang lalu, yang kurang lebih memperkirakan bahwa umur umat Islam itu hanya satu setengah hari saja atau sekitar 1500 tahun. Wa Allahu a'lam. Namun, di sisi lain saya juga percaya bahwa sebelum Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, maka zaman akan berubah. Artinya, zaman ketika sang Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, yang menurut perkiraan saya tidak akan lebih dari 50 tahun lagi dari sekarang, keadaannya akan sangat berbeda dengan zaman saat ini (2023). Saya menduga bahwa ketika Imam Mahdi dan/atau sang Mesias datang maka pada

Pascal's Wager atau Pertaruhan Pascal

Pada abad ke-17 Masehi, Blaise Pascal merumuskan teorinya yang kelak di kemudian hari dikenal dengan nama Pascal's Wager atau Taruhan Pascal. Intinya kurang lebih semua orang harus bertaruh, apakah Tuhan itu ada atau Tuhan itu tidak ada (atheist). Menurut Pascal, akan jauh lebih aman bagi manusia jika kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada. Karena kalau kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada dan ternyata Tuhan itu benar-benar ada, maka kita akan selamat. Sebaliknya bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada namun ternyata Tuhan itu ada, maka celakalah si petaruh ini. Demikian juga jika skenarionya dibalik. Misalkan kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada namun ternyata Tuhan itu tidak ada, maka kita tidak rugi-rugi amat. Paling-paling kerugian kita hanyalah bahwa kita kehilangan kesempatan untuk hidup bermewah-mewah di dunia ini atau hedonisme. Begitu juga bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada dan ternyata Tuhan itu memang tidak ada, maka tidak ada keuntungan berarti bagi para