Dalam berbagai ayat Al Quran, disebutkan kata Alkitab yang dalam bahasa Indonesia kata Alkitab tersebut hampir seluruhnya diterjemahkan sebagai Al Quran. Namun, bagaimana seandainya kata Alkitab tersebut bukanlah Al Quran melainkan Alkitab dalam arti harfiahnya sebagaimana kata Alkitab dalam bahasa Indonesia, yakni the Bible. (Dalam bahasa Arab maupun bahasa Urdu (Pakistan) kata the Bible diterjemahkan sebagai Al Kitab Al Muqaddas, yang juga mengandung kata Alkitab).
Salah satu contoh yang paling umum mengenai kata Alkitab yang diterjemahkan sebagai Al Quran ada pada surat Al Baqarah ayat 2. Dzaalikal kitabu laa rayba fiihi... yang secara harfiah berarti Itulah Alkitab yang tidak ada keraguan, namun dalam berbagai terjemahan Al Quran ayat tsb diterjemahkan sebagai Al Quran ini tidak ada keraguan. Padahal jelas-jelas teks asli ayat tersebut menyebutkan kata dzalika yang berarti sesuatu yang jauh atau sesuatu yang ghaib. Ayat tsb tidak menggunakan kata hadza. Namun, sebagian besar ulama Islam lebih suka menerjemahkan kata dzalika sebagai hadza, karena jika kata yg digunakan adalah hadza maka ia merujuk kepada Al Quran, sedangkan jika kata yg digunakan adalah dzalika maka ia seolah-olah merujuk kepada kitab lain, yakni Alkitab atau the Bible, atau lebih mengerucut lagi kitab Taurat, atau lebih mengerucut lagi Kitab Kejadian atau the Book of Genesis. Namun puji Tuhan, Alhamdulilah, masih terdapat ulama yang cukup straighforward dan tetap menerjemahkan kata dzalika tsb sebagai itu. Bahkan terdapat ahli tafsir yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan frase dzalikal kitaabu maksudnya adalah Kitab Taurat dan Injil. Ini terdapat dalam Tafsir Mawardi, misalnya.
Al Baqarah ayat 2 bukanlah satu-satunya kasus dimana kata itu diterjemahkan oleh mayoritas ulama sebagai ini. Berbagai ayat dalam sebagian surat yang diawall dengan huruf hijaiyah pun juga menampilkan kata itu yang seharusnya diterjemahkan sebagai itu, namun ia diterjemahkan sebagai ini. Ayat-ayat tsb antara lain terdapat dalam surat Yunus ayat 1, surat Ar Ra'd ayat 1, dan surat Al Hijr ayat 1. Ayat-ayat yang saya sebutkan tersebut dalam teks aslinya berbunyi tilka aayatul kitaab yang secara literal berarti itulah ayat-ayat Alkitab. Namun, lagi-lagi sebagian besar ulama Islam menerjemahkan ayat tsb menjadi inilah ayat-ayat Al Quran. Dan Alhamdulillah, puji Tuhan, dalam tafsir Thabari dan Qurthubi antara lain masih mau menampilkan pendapat dari Qatadah dan juga Mujahid, yang mana keduanya menafsirkan frase tilka aayatul kitab sebagai kitab terdahulu sebelum Al Quran, yakni Taurat (dan Injil).
Penggunaan kata dzalikal kitabu dan tilka aayatul kitab dalam berbagai surat Al Quran tersebut semakin membuat saya yakin bahwasanya Firman pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yakni beberapa ayat awal dari surat Al Alaq, pada hakikatnya adalah perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk membaca Alkitab, khususnya kitab Taurat, lebih khusus lagi Kitab Kejadian, dan lebih spesifik lagi beberapa ayat pertama dari Kitab Kejadian, khususnya ayat-ayat yang berbicara tentang penciptaan langit dan bumi dan juga penciptaan manusia.
Hal ini semakin menguat ketika saya memperhatukan bahwa baik dalam surat Yunus maupun surat Ar Ra'd, ayat tilka ayatul kitabi atau itulah ayat-ayat Alkitab yang mengandung hikmah, kemudian disambung dengan ayat yang menyatakan bahwa Allah adalah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, atau sama seperti yang disebutkan dalam Kitab Kejadian pasal pertama. Demikian juga dengan beberapa ayat awal dari surat Al Jatsiyah dan juga surat Al Ahqaf, yang keduanya juga diawali dengan huruf hijaiyah yang kemudian disambung dengan ayat yang mengandung kata kitab, yang kemudian dilanjutkan dengan (penciptaan) langit dan bumi. Seolah-olah ini semakin menegaskan bahwa sebagian kata Alkitab dalam Al Quran tersebut memang sebenarnya adalah Alkitab (The Bible), bukan Al Quran.
Ini bukan berarti saya menyatakan bahwa cukup bagi kita untuk percaya kepada Alkitab saja. Tidak demikian. Postingan ini lebih untuk menguatkan bahwasanya orang beriman itu diwajibkan untuk percaya kepada dua kitab, yakni Alkitab dan Al Quran. Dalam hal ini Alkitab tsb lebih spesifik merujuk kepada Kitab Taurat, bahkan dapat lebihbdipersempit lagi menjadi Kitab Kejadian, atau bahkan hanya beberapa pasal pertama dari Kitab Kejadian, misalnya mulai dari Kejadian 1:1 sampai dengan 5:2.
Ini seperti hubungan timbal balik antara umat Islam dengan umat Yahudi. Jika di dalam surat An Nisa ayat 47 umat Yahudi diwajibkan untuk percaya kepada sebagian ayat Al Quran, maka dalam surat yang sama ayat 136 giliran umat Islam yang diwajibkan untuk percaya kepada sebagian ayat Taurat. Hal ini terutama untuk menyamakan persepsi antara umat Islam dengan umat Yahudi bahwa sesungguhnya Tuhan yang disembah umat Islam adalah sama persis dengan Tuhan yang disembah oleh umat Yahudi. Bahwasanya Allah yang disebut di dalam Al Quran adalah sosok yang sama dengan Elohim yang disebut dalam Kitab Kejadian Pasal 1.
Wa Allahu a'lam
Komentar
Posting Komentar