Dalam postingan sebelumnya saya menyampaikan bahwa umat Islam diwajibkan untuk percaya kepada Al Quran dan Alkitab. Namun, Alkitab yang dimaksud bukanlah keseluruhan Alkitab (The Bible), dan sudah pasti Alkitab yang dimaksud bukanlah Alkitab-nya orang Kristen yang meliputi Kitab Kejadian sampai dengan Kitab Wahyu. Alkitab yang dimaksud adalah sebagian dari Kitab Taurat, khususnya Kitab Kejadian.
Namun, lebih lanjut lagi Kitab Kejadian yang dimaksud
bukanlah seluruh Kitab Kejadian dari Pasal 1 hingga Pasal 50 (Chapter #1 to #50). Ada beberapa alasan yang membuat saya yakin bahwa kita umat muslim tidak
dianjurkan untuk membaca keseluruhan Alkitab Kitab Kejadian (the Book of
Genesis), melainkan beberapa pasal pertamanya saja (the first few chapters). Atau
kalau di dalam tradisi Judaismen, pembagian Kitab Kejadian tersebut bukan
berdasarkan pasal atau chapters, melainkan berdasarkan apa yang disebut sebagai
parshat, dimana Kitab Kejadian tersebut dibagi menjadi sepuluh parshat, yakni Bereishit,
Noach, Lech Lecha, Vayeira, Chayei Sarah, Toldot,
dan seterusnya sampai sepuluh. Nah, sampai dimanakah kita harus membaca Kitab
Kejadian tersebut?
Dalam surat Yusuf ayat 3 dikatakan bahwa sebelumnya Nabi
Muhammad belum pernah mendengar atau mengetahui kisah Nabi Yusuf. Sedangkan
kisah Yusuf ada di dalam Kitab Kejadian Pasal 37 sampai dengan selesai. Sehingga dapat
dipastikan bahwa Kitab Kejadian yang dibaca atau yang pernah didengarkan oleh Nabi
Muhammad, kemungkinan dari Waraqah bin Naufal (ref Hadits Riwayat Bukhari) atau
dari seorang Yahudi yang pernah ditemui Nabi Muhammad (ref QS 46:10) maksimal
sampai dengan Pasal 36, atau kurang dari itu.
Kemudian selanjutnya di dalam surat Ash Shaffat Al
Quran tidak pernah menyatakan siapakah nama anak yang (seharusnya) dikorbankan
oleh Abraham. Walaupun ada ulama terdahulu seperti At Thabari yang menyampaikan
bahwa anak tersebut adalah Ishak, namun bagi saya lebih masuk akal jika anak
tersebut adalah Ismail. Sedangkan Alkitab secara eksplisit menyatakan bahwa
anak tersebut adalah Ishak. Namun setidaknya walaupun jika seandainya anak yang
dimaksud dalam surat Ash Shaffat tersebut adalah Ishak, tetap saja ada
perbedaan sikap anak tersebut antara versi Al Quran dengan versi Alkitab.
Menurut Al Quran, anak tersebut sudah tahu bahwa dirinya akan dikorbankan,
sedangkan menurut Alkitab, anak tersebut tidak tahu bahwa dirinya akan
dikorbankan. Sehingga, tetap saja sulit untuk mendamaikan kisah pengorbanan ini
antara Al Quran dengan Alkitab. Sehingga, kemungkinan, Kitab Kejadian yang
dibaca tidak sampai kepada Pasal 22 yang memuat kisah penyembelihan anak
Abraham. (Parshat Vayeira). Apalagi di dalam Parshat Vayeira tersebut
terdapat kisah “memalukan” antara Nabi Luth yang dihormati oleh umat Islam
dengan kedua putri beliau (Kejadian 19:30-38).
Dengan demikian, hampir dapat disimpulkan bahwa Kitab
Kejadian yang dibaca oleh Nabi Muhammad dan juga umat Islam, paling banyak
adalah sampai dengan Parshat Lech Lecha, atau maksimal sampai dengan
Pasal 17 (Genesis Chapter 17).
Namun, terdapat alasan kuat mengapa Kitab Kejadian yang
dibaca oleh umat Islam tidak harus sampai kepada parshat Lech Lecha,
melainkan hanya sampai dengan parshat sebelumnya, yakni Parshat Noach.
Pertama, perintah yang pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad, yakni Iqra dalam surat Al Alaq, kemungkinan besar hanya memiliki
relevansi yang kuat pada beberapa pasal pertama pada Kitab Kejadian, dan tidak
memiliki relevansi kuat dengan parshat setelah Noach (parshat
Lech Lecha dan setelahnya). Dan terutama dengan adanya beberapa surat Al
Quran yang diawali dengan huruf hijaiyah, seperti Alif Lam Ra, Ha Mim,
dan Nun, yang terdapat pada beberapa surat seperti Yunus, Hud,
Yusuf, Ha Mim, Al Jatsiyah, Al Ahqaf, dan
sebagainya.
Nah, ada satu pendapat ulama terdahulu yang menyatakan bahwa
huruf Alif Lam Ra, Ha Mim, dan Nun, adalah kata Ar
Rahman yang dipenggal menjadi tiga bagian. Jika pendapat ini benar,
maka saya menduga bahwa surat Yunus (yang diawali Alif Lam Ra)
berpasangan dengan surat Al Jatsiyah (yang diawali dengan Ha Mim),
yang kemudian diakhiri dengan surat Nun (Al Qalam).
Nah, yang menarik adalah bahwa dalam surat Yunus tersebut,
setelah disebutkan huruf hijaiyah Alif Lam Ra, kemudian disambung
dengan ayat Itulah ayat-ayat Alkitab yang mengandung hikmah. Nah,
ayat tersebut ditafsirkan oleh Mujahid dan Qatadah, dua orang thabi’in
terkemuka pada zamannya, sebagai ayat-ayat Alkitab sebelum Al Quran, khususnya
Taurat dan Injil. Sedangkan Al Hasan sebagaimana dikuitp dalam tafsir Ibnu
Katsir menyatakan bahwa ayat tersebut adalah ayat-ayat Taurat dan Zabur. (Saya
pribadi lebih tertarik kepada pendapat Al Hasan ini). Anyway, jika kedua
pendapat tersebut dikompromikan maka akan mengerucut kepada ayat-ayat Taurat. Nah,
ayat kedua surat Yunus tersebut tampaknya correspond dengan ayat kedua dan ayat
keenam surat Al Jatsiyah.
Kemudian, baik dalam surat Yunus maupun surat Al Jatsiyah,
diawali dengan kisah penciptaan, yang berkorespondensi dengan kisah penciptaan
dalam Kitab Kejadian:
|
Ayat |
Yunus |
Al Jatsiyah |
Kitab Kejadian |
|
3 |
Tuhan
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa |
Langit dan
bumi |
1:1, 2:2 |
|
4 |
Penciptaan
makhluk |
(penciptaan
makhluk) Penciptaan manusia |
1:20-30, 2:7, 5:1-2 |
|
5 |
Matahari dan
bulan untuk perhitungan tahun dan waktu |
Pergantian
siang malam, hujan, angin |
1:14-19; 1:5, 1:8,
1:13; 2:5-6; 1:2*, 8:1 |
|
6 |
Pergantian
siang dan malam |
|
1:5, 1:8,
1:13, 1:19, 1:23, 1:31 |
* Dalam Targum Onkelos
dan beberapa terjemahan Alkitab berbahasa Inggris seperti CEB, NABRE, serta
NRSVCE dan NRSVUE, frase ruach Elohim pada Kejadian 1:2 diterjemahkan
sebagai angin dari Tuhan (a wind from God). Hal ini juga dipertegas
dalam midrash rabbah yang mengomentari bahwa Kitab Kejadian 1:2
berkorespondensi dengan Kejadian 8:1 yang berbicara tentang angin.
Kedua, setelah ayat Iqra, konon ayat kedua yang turun adalah
surat Al Qalam yang diawali dengan huruf Nun. Nah, huruf nun
ini mengingatkan saya kepada parshat Noach, dimana kata Noach
juga diawali dengan huruf Nun. Namun, fakta yang lebih penting lagi
adalah bahwa parshat Noach tersebut diakhiri dengan huruf nun.
Dan yang lebih menarik lagi, bahwa menurut Rashi, seorang komentator
Taurat terkemuka yang hidup sekitar seribu tahun yang lalu, huruf nun pada
akhir parshat Noach tersebut terbalik.
Dalam buku Genesis, A Torah for All Nations,
Jeffrey M. Jaffe mengemukakan bahwa pesan universal Taurat terdapat dalam
sebelas pasal pertama dalam Kitab Taurat (the first eleven chapters of the
Torah).
Dengan demikian, cukup beralasan jika Taurat yang harus
dibaca oleh seluruh orang beriman hanya terbatas pada sebelas pasal pertama
dari Kitab Kejadian, atau Genesis 1-11. Apalagi, ayat-ayat Al Quran yang
berkorespondensi dengan Kitab Kejadian, khususnya mengenai masalah penciptaan,
pada umumnya terdapat pada sembilan pasal pertama dalam Kitab Kejadian.
Wa Allahu a’lam
Komentar
Posting Komentar