Langsung ke konten utama

Mengukur kembali Dinar dan Dirham

Umat Islam di masa kini menganggap bahwa dinar adalah mata uang emas yang digunakan di dalam dunia Islam, sedangkan dirham adalah mata uang perak yang digunakan di dalam dunia Islam. Fikih kontemporer pada umumnya menyatakan bahwa berat 1 dinar emas adalah 4,25 gram, sedangkan berat dari 1 dirham perak adalah 2,975 gram atau 7/10 dari berat 1 dinar emas.

Tetapi pertanyaannya adalah, apakah benar aturan tersebut memang ditetapkan oleh Nabi?
Perlu diingat bahwa pada masa Nabi belum ada standar ukuran berat dalam satuan gram. Lagipula, koin emas dan koin perak yang beredar pada masa Nabi bukanlah buatan umat Islam sendiri melainkan produk dari bangsa lain seperti bangsa Romawi. Namun masalahnya adalah standar koin perak (dan emas) yang digunakan oleh bangsa Romawi berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, standar 1 denarius (koin perak) yang digunakan oleh bangsa Romawi pada mulanya sekitar 4,55 gram. Namun standar berat ini turun menjadi 3,9 gram beberapa waktu kemudian, dan turun lagi menjadi 3,4 gram setelahnya dst. Sehingga kita tidak bisa memastikan koin perak apakah yang digunakan pada zaman Nabi, thus kita tidak bisa menghitung secara pasti berat dari 1 dirham perak.

Dinar dan Dirham di dalam Al Quran
Kata “dinar” dan “dirham” masing-masing disebutkan satu kali di dalam Al Quran. Dinar disebutkan di dalam QS 3:75, sedangkan dirham disebutkan di dalam QS 12:20. Namun, apakah pengertian dari dinar dan dirham di dalam Al Quran adalah sebagaimana pengertian dinar dan dirham yang kita kenal saat ini, yaitu dinar merupakan koin emas, sedangkan dirham adalah koin perak? Nampaknya TIDAK.

Di dalam QS 3:75 disebutkan, “Di antara Ahli Kitab ada yang jika engkau percayakan kepadanya harta yang banyak (qintar) niscaya dia akan mengembalikannya kepadamu. Tetapi ada juga di antara mereka yang jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak akan mengembalikannya kepadamu kecuali jika engkau selalu menagihnya ….”

Dalam pemahaman saya, dinar dalam ayat ini adalah lawan kata dari qintar atau harta yang banyak. Oleh karena itu, dinar di sini menurut saya mengacu kepada sesuatu yang nilainya sedikit atau tidak begitu bernilai. Nah, kalau dinar di sini ditafsirkan sebagai 1 dinar emas, maka menurut saya penafsiran tersebut kurang tepat. Karena di dalam tradisi Islam, dikatakan bahwa seorang sahabat Ahli Suffah terancam akan diazab di neraka hanya gara-gara ia menyimpan 1 dinar di dalam sarungnya. Dalam fikih Islam pun dikatakan bahwa seorang pencuri akan dipotong tangannya jika ia mencuri sesuatu yang nilainya ¼ dinar emas atau lebih. Dengan demikian, 1 dinar emas, bahkan seperemapt dinar emas pun sudah dianggap sebagai sesuatu yang bernilai yang cukup tinggi, dan saya rasa ini kurang tepat jika dianggap sebagai lawan kata dari qintar atau harta yang banyak.

Yang menarik adalah bahwa beberapa terjemahan Al Quran dalam bahasa Inggris menerjemahkan kata “dinar” dalam ayat di atas sebagai silver coin. Yusuf Ali, Muhsin Khan, dan Sahih International adalah beberapa contoh terjemahan Al Quran berbahasa Inggris yang menerjemahkan dinar menjadi silver coin atau koin perak. Berikut saya kutip terjemahan QS 3:75 menurut Muhsin Khan, Among the people of the Scriptureis he who if entrusted with a Cantar (a great amount of wealth etc) will readily pay it back, and among them there is he who if entrusted with a single silver coin will not repay it unless you constantly stand demanding ….”

Saya pribadi setuju dengan ketiga terjemahan yang saya sebutkan di atas bahwa seyogyanya dinar dalam ayat QS 3:75 diterjemahkan sebagai silver coin atau koin perak. Hal ini antara lain karena saya percaya bahwa kata “dinar” berasal dari “denarius” yaitu koin perak yang digunakan oleh bangsa Romawi. Koin denarius pada mulanya beratnya adalah 4,55 gram. Kemudian sekitar tahun 200 SM standar berat dari 1 denarius turun menjadi sekitar 3,9 gram.

Jika dinar di dalam Al Quran berarti koin perak (yang beredar pada zaman Nabi), lalu apakah arti dari dirham menurut Al Quran?

Kata dirham di dalam Al Quran disebutkan di dalam Surah Yusuf ayat 20 sebagai berikut, “Dan mereka menjual Yusuf dengan harga rendah, yaitu beberapa dirham saja ….”
Beberapa terjemahan berbahasa Inggris menerjemahkan dirham dalam QS 12:20 ini sebagai silver coins, namun menurut saya terjemahan tersebut tidak tepat.

Kalau kita menelusuri catatan sejarah, maka kita akan mengetahui bahwa menurut para sejarah-wan , perak yang digunakan sebagai alat pembayaran dalam bentuk koin baru ada pada sekitar abad 600SM atau sekitar seribu tahun setelah masa Nabi Yusuf. Dengan kata lain, di masa Nabi Yusuf belum ada koin perak yang ter-standar, dan dengan demikian belum ada istilah koin perak dirham dan koin emas dinar. Begitu juga belum ada koin drachma maupun denarius. Sehingga saya percaya bahwa kata dirham dalam QS 12:20 bukanlah berarti koin perak dirham, dan juga bukan koin perak drachma.

Lalu apakah maksud dari kata dirham dalam QS 12:20 tersebut?
Saya percaya bahwa kata dirham dalam QS 12:20 bertalian erat dengan kata dram, yaitu satuan unit berat atau unit of mass. Menurut Wikipedia, dram (unit) mengacu kepada satuan berat (unit of mass) dalam sistem avoirdupois, dan satuan berat maupun satuan volume dalam sistem apothecaries.
Dengan demikian saya percaya bahwa kata dirham yang dimaksud dalam QS 12:20 bukan berarti koin perak dirham melainkan satuan berat dram untuk mengukur perak. Kalau di zaman umat Israel, mungkin kita mengenalnya sebagai syikal (shekel), sedangkan di masa kini mungkin seperti  gram atau ons. Dengan demikian, menurut saya ayat tersebut bahwa Nabi Yusuf dijual dengan harga murah, yaitu setara dengan beberapa gram perak saja lho, tidak sampai 1 kilogram perak.

Kembali ke topik, jika dinar di dalam Al Quran berarti koin perak denarius, sedangkan dirham di dalam Al Quran berarti satuan berat dram, lalu apakah yang dimaksud dengan istilah dinar dan dirham pada zaman Nabi?

Menurut logika sederhana, semestinya dinar itu berasal dari kata denarius yaitu koin perak yang digunakan oleh bangsa Romawi, sedangkan dirham berasal dari kata drachma, yaitu koin perak yang digunakan oleh bangsa Yunani kuno. Namun masalahnya adalah baik denarius maupun drachma adalah sama-sama koin perak, yang beratnya pun hampir sama. Jika 1 drachma beratnya adalah sekitar 4,3 gram, maka 1 denarius beratnya berkisar antara 3,4 ~ 4,55 gram. Nilai 1 drachma maupun 1 denarius di masa lalu pun hampir sama, yaitu setara dengan upah seorang pekerja di dalam satu hari. Nah, jika drachma dan denarius mengacu kepada suatu hal yang pada hakikatnya hampir sama, lalu kenapa dinar dan dirham di dalam Islam mengacu kepada sesuatu yang berbeda?

Dalam buku A Free Nation Deep in Debt: The Financial Roots of Democracy oleh James MacDonald saya menemukan sesuatu yang menarik. Berikut saya kutipkan dari buku tersebut:
“The drachma and the denarius were small silver coins. The Roman denarius was copied from the drachma, and under the Roman Empire, drachma was merely the Greek word for denarius….” (p.478)
Pada masa Kerajaan Romawi, dirham merupakan kata Yunani untuk dinar!

Selanjutnya di dalam buku tersebut juga dijelaskan tentang koin emas atau gold coins.
Gold Coins. These were based on the late Roman/Byzantine solidus, which weighed 4.55 grams of gold at the time of its introduction in the fourth century A.D. Because its weight was not far different from that of the old silver denarius, it was sometimes referred to as the gold denarius. When much of the Eastern Empire was conquered by the Muslims, this coin was retained by the new rulers and was the word denarius transmuted into dinar ….” (Sumber: A Free Nation Deep in Debt: The Financial Roots of Democracy by James MacDonald p.478)

Kesimpulan

Saya percaya bahwa dinar di dalam dunia Islam berasal dari solidus atau gold denarius, di mana berat dari 1 dinar semestinya sama dengan 4,55 gram (atau bahkan lebih). Sedangkan dirham di dalam Islam berasal dari koin perak denarius, di mana berat dari 1 koin perak denarius mungkin sekitar 3,4 atau 3,9 gram. Dengan demikian, menurut saya standar berat koin dinar emas dinar dan koin perak dirham pada masa kini yaitu masing-masing 4,25 gram dan 2,975 gram tidak sesuai dengan yang seharusnya yaitu 4,55 gram dan 3,4 (atau 3,9 gram). Wa Allahu a’lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gospel for the Gentiles

Dalam posting sebelumnya saya menyimpulkan bahwa Kitab Injil atau the Gospel sedianya ditujukan hanya untuk bangsa Yahudi saja. Bahkan, Injil yang asli kemungkinan ditulis dalam bahasa Ibrani, atau kalau menurut istilah Jerome disebut sebagai matthaei authenticum . Namun, karena sebagian besar bangsa Yahudi pada era Nabi Yesus menolak Yesus, maka kemudian kitab injil dialihkan kepada bangsa lain (bangsa gentiles ), dan kemudian Injil ditulis dalam bahasa gentiles , yakni bahasa Koine Greek. Lalu, karena Kitab Injil sudah diwariskan kepada bangsa gentiles, apakah berarti seluruh isi dari Kitab Injil itu harus juga dilaksanakan oleh pengikut Injil non-Yahudi alias pengikut Injil yang berasal dari bangsa gentiles ? Menurut saya tidak. Sebagian isi dari Kitab Injil tidak applicable bagi bangsa gentiles , contohnya seperti "You are the light of the World", tidak tepat kalau kata-kata ini ditujukan kepada bangsa gentiles. Atau contoh lainnya, "Jika kamu hanya memberi salam

Mengantisipasi Perubahan Zaman

Saya percaya bahwa suatu saat nanti Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan muncul ke bumi. Bahkan, saya pribadi percaya,  imho , bahwa Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias akan datang pada abad ini, yakni abad ke-21 Masehi (sebelum tahun 2099 M) dan abad ke-15 Hijriah (sebelum tahun 1499 H). (Btw, tulisan ini saya buat pada tanggal 29 Juni 2023 atau 10/11 Zulhijjah 1444 H). Dalilnya antara lain dari buku  Umur Umat Islam  yang pernah beredar sekitar 20 tahun yang lalu, yang kurang lebih memperkirakan bahwa umur umat Islam itu hanya satu setengah hari saja atau sekitar 1500 tahun. Wa Allahu a'lam. Namun, di sisi lain saya juga percaya bahwa sebelum Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, maka zaman akan berubah. Artinya, zaman ketika sang Imam Mahdi dan/atau Sang Mesias datang, yang menurut perkiraan saya tidak akan lebih dari 50 tahun lagi dari sekarang, keadaannya akan sangat berbeda dengan zaman saat ini (2023). Saya menduga bahwa ketika Imam Mahdi dan/atau sang Mesias datang maka pada

Pascal's Wager atau Pertaruhan Pascal

Pada abad ke-17 Masehi, Blaise Pascal merumuskan teorinya yang kelak di kemudian hari dikenal dengan nama Pascal's Wager atau Taruhan Pascal. Intinya kurang lebih semua orang harus bertaruh, apakah Tuhan itu ada atau Tuhan itu tidak ada (atheist). Menurut Pascal, akan jauh lebih aman bagi manusia jika kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada. Karena kalau kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada dan ternyata Tuhan itu benar-benar ada, maka kita akan selamat. Sebaliknya bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada namun ternyata Tuhan itu ada, maka celakalah si petaruh ini. Demikian juga jika skenarionya dibalik. Misalkan kita bertaruh bahwa Tuhan itu ada namun ternyata Tuhan itu tidak ada, maka kita tidak rugi-rugi amat. Paling-paling kerugian kita hanyalah bahwa kita kehilangan kesempatan untuk hidup bermewah-mewah di dunia ini atau hedonisme. Begitu juga bagi orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu tidak ada dan ternyata Tuhan itu memang tidak ada, maka tidak ada keuntungan berarti bagi para